Selasa, 23 Februari 2010

HUTAN TANAMAN INDUSTRI TOBA PULP LESTARI


HUTAN TANAMAN INDUSTRI TOBA PULP LESTARI

Indonesia merupakan salah satu kawasan khatulistiwa dengan kedudukan hutan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi penghasil devisa yang berkesinambungan. Salah satu produk yang dapat dihasilkan adalah pulp baik dalam bentuk kertas maupun tekstil.
Toba Pulp Lestari (TPL) merupakan suatu kawasan hutan industri yng bertapak diatas 269.600 ha hamparan luasan tanah, tepatnya berlokasi di Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Toba Samosir. HTI TPL ini juga merupakan HTI yang mendapat predikat hijau yang sebelumnya pernah berhasil memenuhi standar internasional di bidang manajemen lingkungan (ISO 14001: 2004), manajemen produksi (ISO 90001; 2000) dan standar nasional dalam pengolahan sumber daya manusia (SMK3 Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja).
Sekitar satu persen (1%) dari hasil penjualan bersih pulp telah membantu program pemberdayaan masyarakat di delapan kabupaten di Sumatera Utara. Perencanaan wawasan sebagai bahan operasional pembibitan dilakukan di Sidempuan sebagai perusahaan inti dalam pengolahan sebagai survey bahan makanan kembali. Sekitar dua juta bibit eukaliptus spesifik dihasilkan. Pengembangan eukaliptus cloning sentral dihasilkan dengan standar ke lima sektor, yaitu Aek Nauli, Habinsaran, Tarutung, Tele dan Padang Sidempuan.
Alur pembibitan pertama yang dilakukan adalah dengan mengambil bagian tanaman induk dalam hal ini pucuk yang dikenal dengan istilah mother plant. Setelah cukup umur + 4 bulan tanaman mulai mengalami pengerasan. Setelah dipanen, tunas dipotong di dalam naungan yang disebut cutting room, diolah dengan cara dipotong setengah bagian daun dan penanaman dilakukan di areal mist house selang 1-8 hari, dimana disiram selama 5 menit 5 detik. Karena dinyatakan kurang efektif maka dilakukan penyiraman 5 menit 30 detik dengan alat penyiram otomatis. Selama 30 hari pastilah sudah tumbuh akar dan kemudian dimasukkan dalam oven growing area, dirawat selama 2 bulan atau sampai mencapai tinggi 15-30 cm. Penyakit yang timbul dapat diatasi tetapi tergantung penyakit yang menjangkit tanaman tersebut. Jika hama tanaman berupa ulat maka dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida dan apabila penyakit yang timbul berupa jamur maka alternative yang dipakai adalah fungisida. Kemudian dilakukan pembungkusan 90 dispaet dan diangkut dengan colt diesel yang berkapasitas 27 ribu batang.
Proses pemlastikan dilakukan dengan mengambil 15 jenis pohon cloning, yang tidak bisa ditanam, disemprotkantergantung klon/ jenis tergantung reaserch, tetapi biasanya menggunakan klon ND 47. High gread pada hutan tanaman industri TPL terdiri dari 4 jenis, yaitu Eucalyptus grandis, Eucalyptus europica, Eucaluptus saliana dan Eucalyptus pelita sudah disilangkan dibagian RND. Media tanam yang digunakan pada awalnya 100% cocopit (serbuk kelapa) yang menghasilkan survival sebesar 54%. Sebagai perusahan yang maju maka TPL terus berupaya membentuk terobosan baru dengan menggunakan cocopit dan pasir sebagai media tanam dengan perbandingan 9:1, yang dimasukkan dalam politube berkapasitas 60cc. Pasir ditambahkan guna aerasi. Pupuk yang digunakan oleh perusahaan ini adalah pupuk yang dikirim langsung dari Negara Brazil, dilakukan agar akar mendapat nutrisi baik dengan penyiraman yang dilakukan dua kali seminggu. Sterilisasi politube dilakukan dengan cara membersihkan alat menggunakan air hangat suam kuku dengan suhu + 400 C, berarti TPL menggunakan metode container dan perkembangbiakan vegetatif.
Dalam proses pembuatan pulp, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan bahan mentah berupa log. Bahan mentah yang telah siap olah langsung dimasukkan dalam laboratorium analisa guna mengetahui patokan komposisi bahan kimia yang akan dipakai. Langkah selanjutnya adalah memisahkan kulit batang kayu dari batangnya. Kayu yang telah dipisah dicincang menjadi cips dengan ukuran 5-35 mm dengan tebal + 8 mm, dicuci, serpihan kulit dihancurkan, disaring (air bekas saringan menghasilkan pemasak). Setelah itu dilakukan proses pencucian dengan bahan kimia berupa CH3COOH, H2O2, NaOH, Temical Seluloid dan iodine yang berfungsi sebagai pemisah serat kayu dan pencerahan pada pulp yang akan dihasilkan. Proses pencerahan akan berpengaruh terhadap ketelitian bahan dalam hal ini dilakukan pada suhu 1700 C, dan tebal 200mm2 setelah zat masak dihasilkan. Proses pencerahan melalui 4 tahap. Kemudian, dikeringkan dan dipotong lembaran yang telah terbentuk sesuai dengan standar mutu baik dalam maupun luar negeri.
Selain membetuk pembibitan pabrik pengolahan pulp kertas dan kain serta penyumbangan 1% dana kepada 8 kabupaten baik edukasi, kesehatan, kepentingan umum dan dana usaha, TPL juga tidak lupa memperhatiakan berbagai aspek seperti ekologi, social dan budaya. Dengan teknologi yang dimiliki oleh TPL, industri ini mampu menyulap berbagai limbah baik organik, cair, padat dan gas. Limbahan organic diolah menjadi pupuk bagi tanaman hutan. Limbahan cair diolah kembali menjadi tambak ikan. Limbahan emisi gas dapat diubah menjadi elektrosintetik dan padatan diubah menjadi line field. Hutan tanaman ini juga menyediakan wadah untuk perikanan, peternakan (ayam, sapi dan burung) serta palawija sebagai upaya peningkatan pendapatan sebagai sistem bergilir.

1 komentar: