Selasa, 23 Februari 2010

METODE PRA PARTISIPATORY RURAL APRASSIAL


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam lima belas tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah organisasi pemerintah maupun non pemerintah yang terlibat dalam kegiatan pembangunan terutama di negara berkembang.Pemerintah telah banyak mengambil inisiatif dan tanggung jawab dalam mendorong pengembangan masyarakat menuju ke arah demokratisasi dan desentralisasi (Gubbels dan Koss,2004). Ekspansi ini disadari atau tidak, dapat menurunkan kualitas dari program pembangunan masyarakat secara keseluruhan dimana diduga salah satu alasannya adalah karena keterbatasan kapasitas dan pengalaman organisasi lokal terutama dalam menumbuhkan pendekatan partisipatif. Walaupun dalam beberapa sisi, telah banyak manfaat yang sudah dinikmati oleh masyarakat,namun masih ada sesuatu yang seolah-olah terlupakan ,yakni nilai proses dan program. Di kalangan sponsor, donatur program, menuntut penekanan pada efektifitas, efisiensi kerja ,dampak dan akuntabilitas.Proses pendekatan yang berbau akademik yang lebih menekankan pada metode kajian ilmiah,ternyata telah menimbulkan problem.Salah satu yang paling menonjol adalah semakin jauhnya esensi keterlibatan masyarakat secara partisipatif. Dalam perjalanan menerapkan metode PRA banyak pihak merasakan adanya proses pembelajaran timbal balik,antara pembawa program dan penerima program,antara yang di dalam (insider) dan yang dari luar (outsider), (Chamber,R 1993). PRA memberikan penyadaran bahwa anggapan satu pihak merasa lebih tahu dari pihak lain sangatlah tidak beralasan. Pengalaman yang diperoleh oleh banyak fasilitator pelaksana PRA di lapangan sangat luar biasa (Chamber R.1992).
Sebagai contoh kasus di desa Galang, Kabupaten Deli Serdang, daerahnya berpotensi besar dalam penghasil tebu, hal ini terlihat dari keadaan masyarakat dan ladanngnya yang selalu berkutat dengan tebu. Adapun masalah yang ada berdasarkan data skunder yaitu:

  1. Ampas tebu yang menjadi polutan

  2. Asap atau belerang pabrik yang menjadi polusi udara

  3. Harga tebu yang relatif murah

Ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik yang dijual ke rumah tangga. Sisa ampas tebu pada musim giling 2008 (279.332 ton) dapat menghasilkan listrik sekitar 36 ribu MW, atau dapat untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 60.000 rumah tangga di lingkungan pabrik gula selama 6 bulan (asumsi kebutuhan rumah tangga 100 KW per bulan) yang menghasilkan rupiah sekitar Rp. 18 Milyard. Tebu merupakan salah satu komoditi pertanian yang mengandung unsur lignoselulosa sehingga berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan papan partikel. Walker (1993) mengemukakan bahwa ampas tebu merupakan sumber alternatif utama dalam pembuatan papan partikel.
Pemecahan masalah ampas tebu pada daerah ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penambahan penghasilan. Sebelum dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku energi listrik, media kompos dan lain-lain, penanganan awal yang bijak untuk sisa ampas (produksi ampas – ampas yang telah digunakan sebagai pembangkit energi untuk proses) adalah dikempa terlebih dahulu menjadi bal (kubus). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan berat jenis ampas, kemudian diikat agar ampas tidak mudah lepas berterbangan (mawur). Selanjutnya ampas bal siap untuk digudangkan.
Alternatif pemecahan masalah terhadap asap, ditanggulangi dengan jalan penanaman pohon disekitar kawasan industri. Selain dapat mencegah polusi juga dapat meningkatkan nilai sapta pesonanya.
Untuk meningkatkan harga tebu, masyarakat di sekitar kawasan industri menerapkan sistem cepat panen dengan menekan harga kebutuhan penanaman. Selain itu masyarakat juga ditutut mampu memberikan nilai tambah terhadap tebu seperti penjualan es tebu keluar kawasan penghasil tebu tersebut.

Tujuan
Adapun tujuan dari penerapan metode Partisipatory Rural Aprassial (PRA) adalah sebagai pengembangan program bersama masyarakat dimana pengembangan PRA perlu senantiasa mengacu pada pengembangan program dan tujuan-tujuan program.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian PRA
PRA merupakan suatu metode pendekatan dalam proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. Pendekatan PRA bercita-cita menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti, perencana program pembangunan bukan sebagai objek pembangunan.
Pemberdayaan masyarakat dan partisipasi merupakan stategi dalam paradigm pembangunan yang berpusat pada masyarakat. PRA ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan dan peningkatan kemandirian serta kekuatan internal.
Partisipasi dalam kaitannya dengan penerapan pendekatan metoda PRA lebih ditujukan pada keikutsertaan masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan.

Bahan dan Metode
Dalam penerapan teknik PRA tidak diperlukan bahan atau alat khusus. Hanya dipergunakan alat bantu peraga, yaitu dapat berupa benda-benda yang ada di sekitar kegiatan, misalnya batu, dahan pohon, biji-bijian, kapur pewarna untuk menggambarkan simbol, ekspresi dari masyarakat yang melakukan PRA. Bentuk simbol ini bukanlah sebuah nilai absolut dari fakta, tetapi lebih banyak merupakan nilai pembanding. Simbol dapat menjadi media ekspresi kesepakatan tentang nilai, fakta dan bahkan kecendrungan sebagai simpulan dari diskusi dan proses.
Secara prinsip teknik PRA tidak harus menghasilkan sesuatu yang persis sama dari penggunaan yang satu ke penggunaan yang lain (Chambers,1998 dan Tagart,1999).Variasi hasil yang muncul justru merupakan sebuah keberhasilan dalam menggali informasi dari masyarakat.
Dalam pelaksaan PRA di desa Galang, Kabupaten Deli Serdang, bahan yang digunakan merupakan alat tulis peraga seperti white board, spidol, pulpen, kertas. Sedangkan metode yang kami gunakan metode PRA dengan mengungkapkan data skunder sebelunya.
Definisi dan pengertian industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.

Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.

Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.












HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil yang diperoleh berupa permasalahan yang terdapat dikalangan masyarakat di Desa Galang, Kabupaten Deli Serdang adalah:
1. Menetapkan harga standar tebu
2. Kurangnya tenaga kerja lokal
3. Kurangnya dana
4. Pendistribusian yang belum diupayakan
5. Monopoli harga
6. Sasaran yang dituju
7. Meningkatkan kualitas produk

Pembahasan
Masalah utama yang timbul di kawasan ini berupa harga standar. Harga ini pada umumnya akan berubah sesuai dengan keadaan nilai tukar rupiah sehingga sulit untuk menetapkan harga standar tebu. Solusi yang diberikan berupa rekomendasi kepada pihak perusahaan agar menetapkan harga standar yang layak bagi masyarakat. Bagi pihak perusahaan agar tidak mengalami kerugian, diusulkan agar tetap mempertahankan harga produk tetapi bahan baku ditekan sehingga mendapatkan nilai BEP (Break Event Point) yang lebih dari nol.
Kurangnya pendidikan masyarakat menyebabkan perusahaan tidak mengambil masyarakat lokal dengan asumsi perusahaan akan rugi jika mempekerjakan tenaga kerja tidak terdidik dan terampil. Untuk itu, harus ada kesadaran dari masyarakat agar lebih peduli kepada pendidikan, dan hendaknya kepala desa melakukan hubungan dengan perusahaan untuk mengadakan penyuluhan dan pelatihan. Dari pihak perusahaan, untuk mempergunakan masyarakat lokal yang ditempatkan sesuai dengan kemampuannya, misalnya sebagai pekerja kasar.
Kurangnya dana dapat diantisipasi dengan mengikuti program pemerintah berupa bantuan terhadap usaha mandiri. Berhubung lokasi yang jauh maka dana tersebut sulit untuk diambil. Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil sedikit bagian dari dana bantuan tersebut. Dari pihak perusahaan hendaknya memberikan pinjaman dengan bunga rendah agar tidak menjadi beban bagi masyarakat, dengan jalan membayar dengan hasil panen kepada pihak perusahaan.
Pendistribusian dapat diupayakan dari perusahaan dengan cara membuka cabang di berbagai daerah. Dengan demikian diharapkan pendistribusian produk dapat dikenal dan dapat diterima oleh masyarakat luas.
Monopoli harga didasarkan pada pinjaman alat oleh masyarakat dari perusahaan. Solusinya adalah dengan jalan menurunkan harga sewa alat. Untuk pihak perusahaan adalah dengan jalan menetapkan harga produk yang nilainya sama dengan pengurangan harga sewa.
Sasaran yang dituju pihak industri adalah Masyarakat luas, dengan menghadirkan produk berupa gula, biodiesel, papan partikeldan prodak makanan lain. Untuk masyarakat disekitar kawasan industri relatif terjangkau baik harga maupun lokasi pengambilan. Bagi pihak perusahaan dapat menyesuaikan harga dengan masyarakat sekitar kawasan industri dan mampu memasarkan ke masyarakat luas dengan nilai yang lebih tinggi.
Untuk mendapatkan kualitas yang baik, maka masyarakat dapat melakukan penanaman dengan cara yang benar dan seefektif mungkin, yaitu dengan tidak memberikan pupuk secara berlebih apalagi pada musim hujan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perlakuan terhadap tanah sebelum dilakukan penanaman, yaitu dengan jalan menggemburkan tanah. Dan perlu diingat tanah pada tanaman tebu tidak memerlukan perlakuan yang khusus seperti pada tanaman pertanian yang lain.
Dengan solusi yang ditawarkan di atas diharapkan para masyarakat lokal desa Galang Kabupaten Deli Serdang dapat menambah penghasilannya dari sebelumnya dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas baik lahan maupun produk yang akan dihasilkan. Demikian juga dengan perusahaan agar lebih bijaksana dalam mengolah produk dan memberikan jaminan bagi masyarakat lokal tanpa menimbulkan kerugian.



KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan data sekunder sebelum terjun langsung ke lapangan diperoleh masalah berupa kurangnya pemanfaatan ampas tebu, asap belerang pabrik yang menyebabkan polusi udara dan harga tebu yang relative murah. Hal tersebut hampir sama dengan data lapangan yang kami dapat berupa masalah sebagai berikut:

  1. Penetapan harga standar tebu

  2. Kurangnya tenaga kerja lokal

  3. Kurangnya dana

  4. Sulitnya pendistribusian

  5. Monopoli harga

  6. Sasaran yang dituju

  7. Peningkatan kualitas produk
Data yang tersebut di atas didapat dengan cara bertanya langsung kepada masyarakat dimana penyuluh bertindak bukan sebagai pemberi materi kuliah namun sebagai pendengar dan pemecah masalah. Wawancara dilakukan secara terbuka dengan berbagai lapisan masyarakat sehingga menimbulkan perbedaan masalah utama yang terlebih dahulu dilaksanakan. Namun karena adanya prinsip yang sama yaitu menyejahterakan masyarakat.
Pemecahan alternatif diatas diharapkan mampu menjawab segala permasalahan yang ada di kalangan masyarakat yang akan dilaksanakan oleh masyarakat, industri dan regu PRA. Tim PRA bersifat independent yang berarti tidak berpihak kepada salah satu blok. Solusi yang ditawarkan belum tentu pasti.
Metode PRA cocok dilaksanakan di kawasan yang memiliki masalah yang belum dapat dipecahkan oleh masyarakat lokal, sehingga memerlukan bantuan sebuah tim yang sifatnya berdiskusi. Metode PRA dilaksanakan bukan bersifat menyuluh (interaksi satu arah) melainkan dua arah Dimana masyarakat sebagai penentu utama keberhasilan metode PRA.


Saran
Dalam menggunakan PRA, tim PRA terlebih dahulu harus memahami karakteristik objek sasaran berupa data sekunder sehingga pada saat berdiskusi tidak ada kesenjangan pendapat.




























DAFTAR PUSTAKA

Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia. 2007. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis. Jakarta.

Made, merta. 2004. Penerapan Teknik Partisipatory Rapid Appraissal (PRA) dalam pengelolaan lingkungan di dataran Tinggi Nusa Tenggara Timur.Universitas Udayana. Bali.

Pratiwi, W. 2007. Partisipatory Rural Appraissal (PRA). Institut Teknologi Bandung. Bandung.

























LAMPIRAN

Ketua : Julius Zakson Sigiro
Pembahas Utama : Ulfah Hanum Nasution
Daniel Roy M. Silaban
Zainal Syah Polem
Karim Indra Muda
M. Riza
Notulen : Satria Muharis
Penyaji : Ros Meyni Hasibuan





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar