Selasa, 23 Februari 2010

PERSENTASE KULIT KAYU


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya alam yang vital di Indonesia karena memberikan kontribusi besar dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu aspek-aspek penelitian dan pengembangan hutan senantiasa diupayakan demi terwujudnya pemanfaatan hutan yang berkesinambungan dengan tetap mewujudkan azas hutan. Namun akibat teknologi yang berkembang pesat serta bertambahnya jumlah penduduk pengguna bahan baku kayu, ketersediaan kayu dalam hutan semakin berkurang disamping areal hutan yang semakin menyempit. Oleh karena itu melalui diversifikasi olahan dan pemanfaatan kayu seluruh bagian pohon diharapkan penggunaan kayu dapat menjadi lebih efisien demikian pula dengan pemanfaatan jenis-jenis kulit kayu yang saat ini masih kurang dilakukan.
Kayu telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh manusia sejak zaman dahulu. Dengan berbagai kegunaannya, kayu tetap eksis hingga saat ini.penggunaan kayu tidak terbatas untuk peralatan rumah tangga (interior) saja, tetapi juga digunakan untuk keperluan eksterior, misalnya untuk pembuatan jembatan. Sedangkan dengan corak dan warnanya yang dekoratif, beberapa jenis kayu digunakan untuk membuat benda-benda yang bernilai seni tinggi.
Seperti halnya benda-benda lain, warna alami kayu bisa sangat menarik. Orang menyukai jati misalnya disamping karena kekuatannya dan keawetannya yang sudah terkenal adalah juga karena warna dan corak kulit kayunya. Sebagian orang menyukai warna terang seperti ramin, jelutung dan pulai. Ada juga orang yang lebih menyukai warna yang lebih gelap seperti sonokeling dan eboni.

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul “Persentase Kulit Kayu dan Kayu” adalah untuk mengetahui dan menghitung persentase kulit kayu.



TINJAUAN PUSTAKA
Kulit kayu merupakan jaringan yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam kayu dari kerusakan biologis maupun mekanis dan berguna untuk menyalurkan makanan (hasil asimilasi) dari daun keseluruh bagian pohon. Kulit kayu terdiri dari sel-sel yang mempunyai berbagai fungsi bagi kehidupan tumbuhan berkayu dengan pola dan komposisi tertentu yang merupakan struktur penyusun kulit kayu. Struktur kulit lebih kompleks dibandingkan dengan kayu, disamping variasi yang terdapat di dalam species yang sama, juga tergantung umur dan kondisi pertumbuhan pohon. Setiap species memiliki ciri struktur kulit yang spesifik, seperti misalnya struktur serat yang terdapat pada jenis kayu (Supraptono, 1996).
Kayu merupakan produk organisme hidup, dimana bahan yang porous dimana struktur anatominya sangat mempengaruhi aliran cairan dan gas di dalamnya oleh karena itu kayu mempunyai sifat-sifat alami yang sangat unik dan setiap jenis kayu mempunyai penampilan yang sangat karakteristik. Sifat-sifat kayu yang unik itu inherent dalam struktur anatomi sel-sel penyusunnya (Haygreen dan Bowyer, 1986).
Kulit yang mencirikan berbagai jenis pohon dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan dan kecepatan perusakan pada permukaan luar. Lapisan floem sekunder yang mengelupas berupa lembaran atau sisik. Bila belum rusak lapisan tersebut akan menumpuk, sedangkan keliling pohon bertambah terus maka akan terbentuk alur-alur yang merupakan ciri khas kulit pada sebagian besar pohon. Hal ini disebabkan karena sewaktu batang semakin menebal, periderm harus mengimbanginya dengan penambahan diameter melalui pembelahan membujur radial sel-sel felogen dan feloderm. Pecahnya sel-sel tersebut menyebabkan permukaan kulit kayu menjadi kasar dan membentuk alur-alur spesifik (Loveless,1991).
Pengamatan kulit dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskpis dengan menggunakan Loupe perbesaran 8 kali, meliputi warna kulit kayu, tekstur, ketebalan dan penampakan bidang lintang sedangkan pengamatan secara mikroskopis hanya meliputi dimensi serat (panjang, diameter serat, lumen dan ketebalan dinding serat) (Budi, 2000).














METODOLOGI PERCOBAAN
Waktu dan Tempat Percobaan
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum “Persentase Kulit Kayu” adalah pada hari Sabtu, pukul 12.00 WIB di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan sampai selesai Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah:
Sampel kayu sebanyak 15 sampel
Adapun alat yang digunakan adalah:
Pulpen untuk menulis data
Penggaris untuk menggaris dan mengukur diameter kayu
Kalkulator sebagai alat bantu menghitung

Prosedur Percobaan
Disiaplan log kayu sebanyak 15 sampel
Diukur log kayu minimal dua kali pengukuran, kemudian dihitung rata-rata panjangnya
Diukur diameter total pada dua penampang log kayu yang bawah dan atas penampang melintang sebanyak dua kali pengukuran
Dicari diameter rata-rata pada penampang atas dan penampang bawah
Diukur diameter xylem (hanya bagian kayu/ tanpa kulit)
Dihitung volume total kayu dengan rumus:
LBDS (luas bidang dasar) x t
Dimana: LBDS = ¼ π d2
Dihitung volume bagian xylemnya saja
Dihitung volume bagian kulit kayu dengan rumus:
Vulume total kayu – volume bag. Xylem
Dibuat persentase bagian xylem dan kulit kayunya
Dimasukkan data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh, dapat dilihat di dalam tabulasi data di bawah ini:

Tabel 19.1 persen kulit kayu

No.Panjang logDiameter totalDiameter bag. KayuVol. total (cm3)Vol. Xylem (cm3)Vol. Kulit kayu (cm3)Persen kayuPersen kulitP1P2PD1D2DD1D2D129,52929,271414,6514,3213,6513,7513,74711,54312,3399,291,528,47228,728,528,6217,4516,9217,1816,2515,7515,986630,95736,8894,186,511,30330,930,3230,6117,1615,9716,5616,971616,486589,46525,763,799,01,50429,52828,513,37514,714,2213,214,613,94523,84322,3201,595,52,1153530,532,7517,916,617,2516,215,615,97649,76499,21150,584,961,11631313117,1519,1518,3215,2518,0616,658167,26745,61421,682,591,0173329,531,2517,1516,816,9716,0515,715,877064,36178,1886,287,451,23829,231,530,3517,214,916,0515,813,514,656137,05113,0102483,311,359282124,517,6515,7516,715,516,616,055363,54954,1409,492,368,26103029,52 untuk menggaris dan mengukur diameter kayu
Kalkulator sebagai alat bantu menghitung

Prosedur Percobaan
Disiaplan log kayu sebanyak 15 sampel
Diukur log kayu minimal dua kali pengukuran, kemudian dihitung rata-rata panjangnya
Diukur diameter total pada dua penampang log kayu yang bawah dan atas penampang melintang sebanyak dua kali pengukuran
Dicari diameter rata-rata pada penampang a2152930,429,725,4524,552524,1524,324,22145711367689593,856,14
Pembahasan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan yaitu menghitung volume kayu dan kulit kayu maka diperoleh hasil bahwa volume dari setiap kulit kayu dan kayu adalah berbeda. Dimana jumlah volume kayu dan volume kulit merupakan volume kayu total. Dari hasil terlihat jelas bahwa volume kayu total terdiri dari volume kayu dan volume kulit dan tentu saja volume kayu selalu lebih tinggi daripada volume kulit.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dan berdasarkan penjelasan – penjelasan yang telah diberikan dapat dikatakan bahwa kulit kayu merupSAN
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh, dapat dilihat di dalam tabulasi data di bawah ini:

Tabel 19.1 persen kulit kayu

No.Panjang logDiameter totalDiameter bag. KayuVol. total (cm3)Vol. Xylem (cm3)Vol. Kulit kayu (cm3)Persen kayuPersen kulitP1P2PD1D2DD1D2D129,52929,271414,6514,3213,6513,7513,74711,54312,3399,291,528,47228,728,528,6217,45 sebagai jalan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian tanaman.
Kulit kayu merupakan bagian kayu yang lebih jika dibandingkan dengan kayunya atau dapat dikatakan tidak pernah setebal xylem. Hal ini bersesuaian dengan pernyataan Haygreen dan Bowyer (1982) yang menyatakan bahwa kulit luar berkisar dari relatif tipis (1,3 – 2,5 cm) dalam sejumlah spesies seperti aspen sampai cukup tebal (0,3m atau lebih) dalam spesies seperti Coast redwood dan douglasfir. Tanpa memandang tebal kulit, kulit tak pernah setebal xilem dari empulur ke kambium yang ada di sebelah dalamnya. Hal ini karena (1) kambium vaskuler memproduksi xilem jauh lebih banyak daripada sel-sel floem (xilem berada pada tingkat 3-10 kalinya floem masing-masing untuk kayu-lunak dan kayu-keras), (2) sel-sel kulit yang berdinding tipis dan tidak terlignifikasi hancur selama pembentukan kulit luar, dan (3) kulit luar secara periodik mengelupas dari pohon.
Meskipun tebal kulit secara khas berkurang dengan bertambah tingginya posisi dalam batang, proporsi kulit kerap kali naik dengan kenaikan ketinggian dalam batang. Begitu pula, volume kulit biasanya bertambah dengan berkurangnya diameter pohon. Dalam cabang dan ranting yang sangat kecil, kulit mungkin merupakan lebih dari 70 % berat kering.







KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kayu adalah suatu bahan yang porous, terbentuk dari kumpulan sel mikroskopis atau serat dengan bermacam ukuran dan bentuk.
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
Kayu memiliki sifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
Secara umum ada 4 sifat yang dimiliki kayu, yaitu : (1) dihasilkan oleh batang pohon yang sebagian besar elemen penyusunnya tersusun secara vertikal, (2) berstruktur seluler yang terdiri atas sel-sel sebagai penyusun, yang secara kimia terdiri atas selulosa, karbohidrat non selulosa (hemiselulosa), dan lignin, (3) bersifat anisotropis, dan (4) bersifat higroskopis.
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.  Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

Saran
Diharapkan kepada para praktikan untuk lebih teliti dalam melakukan perhitungan agar data yang diperoleh semakin akurat





DAFTAR PUSTAKA
Budi, A.S. 2000. Struktur Kulit dari Beberapa Jenis Pohon Tahan dan Tidak Tahan
Kebakaran. Samarinda.

Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Diterjemahkan oleh S.A. Hadi Kusumo.

Loveless, A.R. 1983. Principles of Plant Biology for the Tropics. Longman Inc.
New York.

Supraptono, B. 1996. Kadar Air Kayu Segar dan Kerapatan Dasar Bahan Baku Kayu
Pulp dari Empat Jenis Acacia dan Albazia. Rimba Kalimantan. Jurnal Ilmiah
Kehutanan Volume I No. 1. September 1996. Fakultas Kehutanan. Universitas
Mulawarman. Samarinda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar