Selasa, 23 Februari 2010

PENGUKURAN JARAK HORIZONTAL


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengukuran- pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik di atas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak, diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak (Wongsotjitro, 1985).
Dalam pengukuran tanah, pengukuran linear diperoleh dengan:
a. mengukur metode langkah,
b. pembacaan odometer,
c. pengukuran jarak optis,
d. takimetri atau stadia,
e. batang-batang jarak atau substense bar,
f. pengukuran jarak dengan pita, dan
g. pengukuran jarak elektronoik.
Dari metode-metode ini, pengukuran jarak dengan pita dan EDM adalah yang paling umum dipakai oleh para juru ukur. Metode mengukur metode langkah, pembacaan odometer, pengukuran jarak optis, takimetri atau stadia dan batang-batang jarak atau substense bar merupakan suatu teknik yang berguna dalam membuat sketsa catatan lapangan dan sebagai pengecek dan mengecek pengukuran untuk mencari kesalahan (Brinker, 1986).
Bila jarak antara dua titik A dan B, dari titik-titik mana harus ditentukan beda tingginya, menjadi sebegitu besar, sehingga mistar-mistar tidak dapat dilihat dengan terang dan pembacaan menjadi kurang teliti, ataubila keadaan lapangan sedemikian rupa, hingga garis bidik tidak memotong mistar-mistar karena jatuh di atas atau di bawah mistar, maka terpaksalah jarak antara dua titik A dan B itu harus dibagi dalam jarak-jarak yang lebih kecil, sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah dan baik. Jarak-jarak pengukuran diambil antara 30 m sampai 60m yang disesuaikan dengan keadaan lapangan, tetapi ambillah jarak maksimum yaitu 60 m. untuk menentukan beda tinggi t misalnya antara titik A dan titik B yang jaraknya besar maka cara pengukuran berjalan sebagai berikut. Ada beberapa cara mencatat pembacaan-pembacaan dan menghitung pengukuran-pengukuran yang tergantung pada maksud pengukuran. Pada semua cara digunakan pencatatan dari hitungan secara tabelis. Semua pembacaan dan jarak ditulis digaris yang terletak diantara titik-titik yang ditempati oleh mistar, diamna titik-titik ditulis dalam daftar. Titik-titik alat ukur tidak ditulis dalam daftar, maka maksud mengukur menyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik. Setelah beda tinggi ditentukan, maka tinggi suatu titik dapat dicari, beda tinggi di titik-titik lainnya telah diketahui pada awal sebelum pengukuran (Gayo, 1992).

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul Pengukuran Jarak Horizontal adalag untuk mempelajari pengukuran jarak horizontal antara dua titik atau objek yang dijadikan sebagai batas-batas pengukuran.

















TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran suatu bidang memiliki bagian penting, yakni membuat garis lurus. Dapat dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus di atas kertas. Dari garis lurus yang harus dibuat, harus diketahui kedua titik ujungnya. Maka untuk menentukan garis lurus ini, ditentukan titik-titik di lapangan yang letak di garis lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis lurus itu kelihatan dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan dengan syalon. Tiap-tiap bagian garis lurus yang letak antara dua syalon dianggap sebagai garis lurus. Pengukuran- pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik di atas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak, diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak (Wongsotjitro, 1985).
Pengukuran jarak horizontal dengan pita terdiri atas penetapan panjang yang diketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali. Dua jenis masalah yang timbul adalah mengukur jarak antara dua jenis tertentu, misalnya dua petak di tanah dan memasang sebuah jarak di satu titik awal saja yang tertentu tempatnya. Pengukuran dengan pita dilaksanakan dalm enam langkah; meluruskan, memberi tegangan, pengguntingan, penandaan panjang pita, pembacaan pita, pembacaan jarak dan pencatatan jarak. Penerapan langkah-langkah denngan pengukuran pita ini dapat dilakukan pada bidang datar dan miring (Brinker, 1986).
Alat sipat datar diletakkan dua kali natara dua mistar dengan jarak-jarak kedua mistar yang berlainan, dimisalkan untuk pertama kali dengan jarak ke kiri = d1 jarak ke kanan = d2. Kemudian jarak-jarak itu menjadi d3 dan d4. Pada kedua tempat alat ukur sipat datr didapat pembacaan-penbacaan ke kiri dan ke muka : a­1 dan b1 dan kemudian c1 dan e1. Dimisalkan pembacaan-pembaaan dengan gano bidak yang mendatar a0 dan b0 dan kemudian ke c0 dan e0 (Gayo, 1992).

Adapun metode yang digunakan dalam pengukuran jarak horizontal adalah:
1. Metode langkah
Metode langkah adalah metode yang digunakan dengan melangkahkan kaki sejauh jarak yang diatur (biasanya 30 m) secara bolak-balik.
2. Metode stadia
Metode stadia adalah metode yang digunakan dari lanjutan pola metode langkah dengan terlebih dahulu mengkonversikan langkah-langkah dengan menentukan jarak sejauh 10 m.
3. Metode odometer
Metode odometer ini juga merupakan salah satu metode sederhana dari lima (5) metode yang akan dipelajari. Metode odometer menggunakan putaran roda sebagai pengukur jaraknya.
4. Metode skala atau peta
Metode skala atau lebih dikenal dengan sebutan metode pete merupakan metode yang digunakan dengan menggunakan objek peta sebagai objek yang diamati. Dengan memindahkan objek ke atas kertas dengan penggunaan pengecilan skala tertentu.
5. Metode dengan menggunakan pita ukur
Metode dengan menggunakan pita ukur ini menerapkan sistem mengukur suatu jarak dengan menggunakan alat pengukur jarak berupa pita ukur.
6. Metode dengan menggunakan alat optis
Metode dengan menggunakan alat optis ini merupakan sistem mengukur suatu jarakdengan menggunakan alat pengukur berupa theodolit.
Pengukuran jarak horizontal itu sendiri berarti suatu kegiatan pengukuran permukaan bumi maupun sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan ke atas kertas dalam hal ini peta dengan menggunakan skala pengukuran atau pengecilan tertentu. Pengukuran- prngukuran pada areal-areal seperti ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Ligfensink, 1937).


METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
Adapun praktikum yang berjudul Pengukuran Jarak Horizontal dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Agustus 2008, pukul 08.00 wib sampai dengan selesai, di Laboratorium Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah:
Buku tulis untuk mencatat materi yang diajarkan
Buku panduan mahasiwa sebagai bahan bacaan mahasiswa dalam mempelajari Geodesi dan Kartografi
Hutan (arboretum) Tridarma
Adapun alat yang digunakan adalah:
Pulpen sebagai alat untuk menulis
Theodolit manual dan digital sebagai alat pengukur sudut
Jalon sebagai penanda objek yang diamati
Rambu ukur sebagai alat yang menentukan ukuran yang diamati, baik jarak maupun tinggi
Statif sebagai landasan theodolit
Pita ukur sebagai pengukur jarak

Prosedur Praktikum
A. Metode Langkah
Diukur dua buah titik sejauh 30 m dengan menggunakan pita ukur dan pada masing-masing titik dipasang jalon.
Diukur jarak antara dua titik tersebut dengan melangkah dari titik A ke B dan dari B ke A.
Dihitung jumlah langkah dari titik A ke B dan dari B ke A.
Dicatat jumlah langkah pada kertas data.
Dihitung rata-rata jumlah langkah yang dilakukan oleh masing-masing praktikan .
Dikonvensikan jumlah rata-rata langkah dalam satuan meter dengan rumus:
Konvensi langkah = (1/∑rata-rata langkah)x 30m
Rata- rata konvensi langkah = x/ jumlah praktikan
Format tabel metode langkah
No
Nama Praktikan
Langkah A-B
Langkah B-A
Rata-rata
Konveri langkah
1





2





3






B. Metode Stadia

  1. Ditentukan jarak 10 m menggunakan konvensi langkah dengan rumus:
10/ rata-rata konversi langkah

  1. Dipasang jalon pada titik tujuan dan diletakkan rambu ukur sebagai skala baca pengukuran

  2. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan theodolit

  3. Dihitung jarak theodolit manual dan digital dengan rumus :
Jarak Theodolit Manual dan Digital : (BA-BB) X 100

  1. Dicatat hasil pengukuran yang telah dilakukan baik sudut azimuth, jarak, dan kelerengannya.
Format tabel metode stadia
Theodolit
Bacaan Atas
Bacaan Bawah
Jarak
Azimuth
Kelerengan
Manual





Digital











HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 2.1 Metode Langkah
No
Nama Praktikan
Langkah A-B
Langkah B-A
Rata-rata
Konversi Langkah
1
Julius
46
49
47,5
0,63
2
Ade
46
49
47,5
1,50
3
Riza
45
45
45
0,63
4
John
45
45
45
1,50
5
Agnes
44
46
45
1,50
6
Rahma
47
47
47
0,64
7
Orina
46
47
46,5
0,65





∑= 7,05

Tabel 2.2 Metode Stadia
Theodolit
Bacaan Atas
Bacaan Bawah
Jarak
Azimuth
Kelerengan
Manual
10
9,6
40


Digital
10
9,5
50
23038’40”
89025’30”
Pembahasan
Dalam menarik suatu garis berupa garis lurus tidak boleh secara asal-asalan, seperti halnya merarik garis lurus kea rah atas. Setiap bentuk alam yang tergambar di atas tanah harus diikuti dengan menggunakan alat pengukur jarak seperti pita ukur. Hal ini sesuai literatur Wongsotjitro (1997) yang menyatakan bahwa pengukuran suatu bidang memiliki bagian penting, yakni membuat garis lurus. Dapat dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus di atas kertas. Dari garis lurus yang harus dibuat, harus diketahui kedua titik ujungnya. Maka untuk menentukan garis lurus ini, ditentukan titik-titik di lapangan yang letak di garis lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis lurus itu kelihatan dengan jelas.

Pengukuran dengan menggunakan pita ukur dapat dilakukan pada dua bidang yakni bidang datar dan bidang miring, diamana setiap bidang memerlukan cara pengukuran dan cara tersendiri. Hal ini sesuai dengan literatur Brinker (1986) yang menyatakan bahwa dua jenis masalah yang timbul adalah mengukur jarak antara dua jenis tertentu, misalnya dua petak di tanah dan memasang sebuah jarak di satu titik awal saja yang tertentu tempatnya. Pengukuran dengan pita dilaksanakan dalm enam langkah; meluruskan, memberi tegangan, pengguntingan, penandaan panjang pita, pembacaan pita, pembacaan jarak dan pencatatan jarak. Penerapan langkah-langkah denngan pengukuran pita ini dapat dilakukan pada bidang datar dan miring.
Dua metode yang digunakan dari lima metode yang paling sederhana yaitu metode langkah dan metode stadia. Hal ini sesuai dengan literatur Ligfensink (1937) yang menyatakan bahwa ada enam metode yang digunakan dalam pengukuran jarak horizontal, yakni metode langkah, metode stadia, metode odometer, metode skala atau peta, dengan menggunakan pita ukur dan dengan menggunakan alat optis berupa theodolit. Namun, dari enam metode tersebut metode langkah dan stadialah yang paling sederhana penerapannya dan saling berhubungan.
Jarak penglihatan yang dipakai dalam praktikum adalah 30 m. hal ini sesuai dengan literatur Gayo (1992) yang menyatakan bahwa jarak-jarak pengukuran diambil antara 30 m sampai 60m yang disesuaikan dengan keadaan lapangan, tetapi ambillah jarak maksimum yaitu 60 m. untuk menentukan beda tinggi t misalnya antara titik A dan titik B yang jaraknya besar maka cara pengukuran berjalan sebagai berikut. Ada beberapa cara mencatat pembacaan-pembacaan dan menghitung pengukuran-pengukuran yang tergantung pada maksud pengukuran. Pada semua cara digunakan pencatatan dari hitungan secara tabelis. Semua pembacaan dan jarak ditulis digaris yang terletak diantara titik-titik yang ditempati oleh mistar, diamna titik-titik ditulis dalam daftar. Titik-titik alat ukur tidak ditulis dalam daftar, maka maksud mengukur menyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Dalam melakukan pengukuran tekstur tanah/ struktur tanah jangan mempengaruhi keakuratan data.

  2. Konvensi suatu langkah merupakan perbandingan antara jarak yang telah ditentukan dalam hal ini 30 m dengan rata-rata antara jarak pergi pulang. Adapun langkah sample yang diambil adalah langkah yang paling sedikit.

  3. Alat yang digunakan dalam pengukuran jarak horizontal adalah pita ukur, theodolit manual, theodolit digital, jalon, statif dan rambu ukur.

  4. Pengukuran jarak metode stadia bergantung pada metode langkah.

  5. Konversi langkah terbesar pada kelompok I adalah 1,50 dan konversi langkah terkecil adalah 0,63.

  6. pengukuran jarak dengan menggunakan metode langkah, harus menggunakan langkah-langkah yang konstan dan tidak dibuat-buat.

  7. Keakuratan dalam menggunakan theodolit baik digital maupun manual tergantung pada pemakai, alat itu sendiri dan faktor alam.

  8. Menghitung jarak dengan theodolit dapat dirumuskan dengan rumus jarak pergi dikurang jarak dating dikali 100 (seratus).

Saran
Diharapkan agar para praktikan memahami terlebih dahulu konsep pengukuran jarak horizontal sebelum mempraktekkannya di lapangan. Para praktikan juga diharapkan serius dan telaten dalam menjalankan praktikum agar data yang didapat maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar