I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam inventarisasi hutan penaksiran volume tegakan diminimalkan pada salah satu variabel penting. Volume tegakan selalu ditaksir dengan mengukur sejumlah pohon dalam petak ukur sebagai sampel. Parameter pohon yang diukur dalam setiap petak ukur tersebut adalah diameter (setinggi dada), tinggi dan jumlah pohon.
Penaksiran volume pohon dari sampel lapangan dan dari tegakan dilakukan melalui pengukuran dan pohon-pohon seperti diameter pada setinggi dada dan pada ketinggian lainnya dari cabang (pada pohon yang telah ditebang). Tinggi spesies pada ketinggian tertentu dari batang, atau panjang pada sepanjang batang atau cabang-cabang dan tebal kulit.
Dalam pengukuran luas bidang dasar, diameter setinggi dada 1,3 m atau dalam satuan internasionalnya 4,3 feet (kaki) diatas pangkal batang dimana untuk pohon yang berdiri pada lereng, titik pengukuran harus ditentukan pada bagian atas pengukuran sederhana. Alat ini merupakan alat pengukur koreksi secara otomatis seperti tingkat Biltmore stick dan relaskop bitterlich.
Volume merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam inventore secara obyektif. Sayangnya terlalu banyak dokumen inventore dimana itu tidak ditetapkan secara jelas beberapa diameter setinggi dada minimum, beberapa bagian dari pohon yang diperhitungkan, apakah volume dengan kulit atau tanpa kulit, apakah volume bruto atau tidak memasukkan bagian-bagian yang cacat, yang kriteriannya adalah untuk tidak menyertakan bagian-bagian yang cacat.
Penaksiran volume kayu yang masih berdiri hanya merupkaan langkah awal untuk menghitung hasil akhir dalam inventore hutan,. Target yang lebih penting adalah menaksir volume tegakan merupakan jumlah volume pohon yang terdapat disuatu areal hutan. Konsep ini berlaku bila sampel yang diambil merupakan individu pohon. Untuk kepentingan pengelolaan hutan yang perlu diketahui bukan hanya volume tegakan yang ada sekarang saja, tetapi jjuga pertimbangan tegakan tersebut dimasa yang akan datang khususnya selama jangka waktu perencanaan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum Pengantar Inventarisasi Hutan dengan judul Pengukuran Luas Bidang Dasar dan Volume Pohon adalah:
Untuk menghitung luas bidang dasar tegakan berdiri
Untuk dapat menggunakan tongkat Bitterlich dalam mengukur besarnya luas bidang dasar suatu tegakan pohon
Dapat menghitung volume berdasarkan data pengukuran diameter dan pengukuran tinggi yang telah diukur sebelumnya
II. TINJAUAN PUSTAKA
Apabila digunakan diameter setinggi dada, yang dimaksud dengan bidang dasar pohon adalah penampang lintang batang pada 1,3m dari permukaan tanah. Karena pada umumnya bentuk batang pohon tidak persis bulat seperti lingkaran, maka digunakan califer pengukuran diameter dilakukan dua kali, yaitu dengan arah pengukuran yang bersudut 900 dari dua kali pengukuran tersebut kemudian dihitung rata-rata untuk memperoleh ukuran diameter yang digunakan (Husch, 1987).
Dalam pengukuran dimensi pohon, volume pohon sangat penting dan diperlukan dalam kegiatan inventarisasi hutan. Volume pohon juga dapat menduga tegakan dengan menggunakan tabel tegakan maupun ditentukan denga beberapa penduga-penduga volume dengan inventore hutan, keuntungannya jelas memungkinkan dari pengukuran terperinci pada sejumlah terbatas dari p[ohin yang secara bijaksana dipilih dalam areal hutan, penaksiran volume pohon yang objektif terdiri dari jumlah pohon yang lebih banyak. Penaksiran volume pohon yang masih berdiri dapat dipisahkan menjadi 4 cara yaitu :
Penaksiran secara okuler
Penaksiran volume dengan persamaan dan tabel volume
Penaksiran volume dengan mengukur diameter batang pada berbagai ketinggian
Penaksiran volume dengan model pohon
Dalam penaksiran volume pohon yang masih berdiri ,seluruhnya hanya dapat dilakukan dengan pengukuran-pengukuran secara tidak langsung (Loetsch dan Haller, 1964).
Oleh karena bentuk pohon brvariasi menurut jenis atau kelompok jenis dan dari satu lokasi kelokasi lainnya, maka dalam penyusunan perangkat pendugaan volume perlu memperhatikan karakteristik tersebut. Perangkat pendugaaan volume pohon yang bersifat umum untuk berbagai jenis dan lokasi hutan dapat meneyebabkan hasil dugaan yang kurang teliti tidak akurat sehingga informasi massa tegakan yang dihailkan bisa under atau over estimate (Wongsoetjitro, 1980).
Dari luas bidang dasar dapat ditaksir dua parameter yang penting untuk inventore hutan, yaitu kepadatan bidang dasar (KBD) dan volume maupun tegakan. Bentuk penampang lintang pohon yang tidak persis seperti lingkaran tidak dikoreksi disini, melainkan dikoreksi dalam penaksiran volume tegakan dengan memasukkan faktor atau bilangan bentuk, KBD dipakai sebagai kriteria untuk menyatakan kualitas tegakan pada hutan tanaman Jati di Jawa. Nilai KBD ditentukan peranak petak dengan membandingkan Luas Bidang Dasar (LBDS) tegakan dilapangan dengan LBD tabel normal untuk bonita dan umur ynang sama. LBD lapangan diperoleh dari pengukuran petak ukur lingkaran, tiappohon dalam petak ukur diukur diameternya, lalu dari itu akan diketahui luas penampang lintang semua pohon sampel dan lalu luas bidang dasar tegakan untuk satu hektar dapat dihitung. Bila suatu pohon yang berdiameter (d) dilihat dengan alat ukur sudut tertentu dengan jarak berbeda-beda atau alat pengukuran sudut tertentu dipakai untuk melihat pohon dengan diameter yang berbeda-beda dari suatu tempat, maka ada 3 kemungkinan yang dapat terjadi yaitu :
Semua penampamg lintang pohon berada dalam sudut pandang
Sudut pandang persis menyinggung penampang lintang pohon
Sebagian penampang pohon berada diluar sudut pandang
Luas bidang dasar tegakan juga mempunyai arti penting dalam inventore tegakan yang menggunakan sampling titik. Tetapi luas bidang dasar dalam cara sampling ini tidak dihitung seperti peada perhitungan KBD, melainkan ditaksir langsung dengan menggunakan tongkat Bitterlich atau alat-alat turunannya sepert prisma baji, reloskop dan sebagainya. Perangkat pendugaan volume pohon (berupa model atau rumus maupun tabel) adalah salah satu perangkat penting dalam perencanaan pengelolahan hutan. Salah satu jenis data yang diperlukan dalam perencanaan pengelolahan hutan ialah dengan potensi atau masa tegakan. Pengumpulan data masa tegakan dilakukan melalui kegiatan inventarisasi yang selalu melibatkan pendugaan volume pohon per pohon. Oleh sebab itu, dalam setiap kegiatan pengelolahan hutan dituntut tersedianya perangkat pendugaan volume pohon (Simon, 2007).
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum Pengantar Inventarisasi Hutan dengan judul pengukuran Diameter Pohon adalah pada hari Jumat, 6 Maret 2009 pukul 14.00 WIB di Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan dilanjutkan di hutan Tri Darma USU.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah :
Pita ukur untuk mengukur diameter pohon beserta kelilingnya.
Phiband untuk mengukur diameter pohon.
Tongkat Bitterlich untuk mengukur luas bidang dasar
Clinometer untuk mengukur tinggi pohon
Abney level untuk mengukur tinggi pohon
Walking stick untuk mengukur tinggi pohon
Galah sebagai alat bantu untuk mengukur tinggi pohon
Buku data untuk mencatat data yang telah diperoleh.
Alat tulis untuk menulis data dibuku data.
Kalkulator untuk menghitung data yang telah diperoleh.
Adapun bahan yang digunakan adalah:
Pohon yang terdapat di hutan Tri Darma USU Medan
C. Prosedur Praktikum
Dipersiapkan alat-alat pengukur diameter yang akan digunakan
Diukur diameter pohon dengan menggunakan masing-masing alat seperti pita ukur dan phiband
Diukur tinggi pohon dengan menggunakan alat ukur tinggi pohon seperti abney level, clinometer dan walking stick
Dihitung LBDS pohon dengan menggunakan alat bitterlich
Dilihat kriteria pohon masuk ke dalam in, out, atau border
Dihitung nilai LBDS dengan menggunakan rumus LBDS = (∑ in + ∑ border) x BAF
Dihitung nilai volume pohon dengan rumus volume = LBDS x h x f
Dicatat hasil pengukuran diameter dalam tabulasi data
Tabel 1. Data Pengukuran LBDS Pohon
No.pohon | Kriteria | Keterangan | ||
In | Out | border | ||
LBDS = Jumlah pohon yang masuk x BAF
= (∑ in + ∑ border) x BAF
Tabel 2. Pengukuran Volume Pohon
No. pohon | Diameter phiband (m) | Tinggi clinometer (m) | Volume (m3) |
Tabel 3. Pengukuran Volume dengan Pita Ukur dan Walking Stick
No. pohon | Diameter Pita Ukur (m) | Tinggi Walking Stick (m) | Volume (m3) |
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Data Pengukuran LBDS Pohon
No.pohon | Kriteria | Keterangan | ||
In | Out | border | ||
1 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
2 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
3 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
4 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
5 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
6 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
7 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
8 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
9 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
10 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
11 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
12 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
13 | √ | Sengon (Paraserianthes falcataria) | ||
14 | √ | Sengon (Paraserianthes falcataria) | ||
15 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
16 | √ | Sengon (Paraserianthes falcataria) | ||
17 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
18 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
19 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
20 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
21 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
22 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
23 | √ | Mahoni (Swietenia mahagoni) | ||
∑ | 10 | 8 | 5 |
LBDS = Jumlah pohon yang masuk x BAF
= (∑ in + ∑ border) x BAF
= (10 (1) + 5 (1/2) x 1
= 12, 5
Tabel 2. Pengukuran Volume Pohon
No. pohon | Diameter phiband (m) | Tinggi clinometer (m) | Volume (m3) |
1 | 0,4,5 | 16 | 1,5142 |
2 | 0,423 | 17 | 1,67 |
3 | 0,26 | 12 | 0,45 |
4 | 0,26 | 12 | 0,45 |
5 | 0,265 | 12 | 0,46 |
6 | 0,26 | 12 | 0,45 |
7 | 0,284 | 13 | 0,58 |
8 | 0,437 | 18 | 1,88 |
9 | 0,345 | 15 | 0,98 |
10 | 0,258 | 11 | 0,40 |
11 | 0,345 | 15 | 0,98 |
12 | 0,282 | 14 | 0,61 |
13 | 0,324 | 15 | 0,86 |
14 | 0,40 | 16 | 1,41 |
15 | 0,28 | 14 | 0,60 |
16 | 0,402 | 16 | 1,42 |
17 | 0,238 | 11 | 0,34 |
18 | 0,295 | 13 | 0,62 |
19 | 0,268 | 12 | 0,47 |
20 | 0,347 | 15 | 0,99 |
21 | 0,308 | 13 | 0,68 |
22 | 0,218 | 11 | 0,29 |
23 | 0,344 | 14 | 0,91 |
∑ = 19,0142 |
Tabel 3. Pengukuran Volume dengan Pita Ukur dan Walking Stick
No. pohon | Diameter Pita Ukur (m) | Tinggi Walking Stick (m) | Volume (m3) |
1 | 0,42 | 17 | 1,65 |
2 | 0,433 | 17 | 1,75 |
3 | 0,265 | 12 | 0,46 |
4 | 0,248 | 13 | 0,44 |
5 | 0,273 | 13 | 0,53 |
6 | 0,268 | 13 | 0,51 |
7 | 0,29 | 14 | 0,65 |
8 | 0,42 | 17 | 1,65 |
9 | 0,352 | 15 | 1,02 |
10 | 0,24 | 12 | 0,38 |
11 | 0,353 | 14 | 0,96 |
12 | 0,273 | 13 | 0,53 |
13 | 0,315 | 14 | 0,76 |
14 | 0,395 | 16 | 1,37 |
15 | 0,275 | 15 | 0,62 |
16 | 0,395 | 15 | 1,29 |
17 | 0,22 | 12 | 0,32 |
18 | 0,28 | 12 | 0,52 |
19 | 0,25 | 13 | 0,45 |
20 | 0,35 | 14 | 0,94 |
21 | 0,31 | 15 | 0,79 |
22 | 0,22 | 12 | 0,32 |
23 | 0,35 | 14 | 0,94 |
∑ = 18,85 |
Pembahasan
Dari hasil perhitungan Luas Bidang dasar (LBDS) tiap alat ukur memiliki hasil yang tidak jauh brbeda, hanya berbeda berkisar (0,1-0,5)m. Dan pada saat perhitungan volume pohon atau tegakan hasil LBDS yang digunakan hanya califer atau phiband saja. Hal ini dikarenakan kalau phiband dan califer adalah alat ukur diameter secara langsung tanpa harus dikonversikan lagi. Sedangkan kalau pita ukur hasilnya harus dikonversikan lagi ke K = λ d sehingga datanya kurang begitu akurat.
Sedangkan pada pengukura tinggi alat yang dipakai adalah clinometer. Hal ini dikarenakan clinometer menggunakan prinsip trigonometri dengan perhitunga Ttot = A-B/100 x jarak. Selain itu kelebihan clinometer juga adalah lebih akurat. Dan hasil yang didapat pada pengukuran volume diperoleh nilai perbadaan angka yang sangat signifikan dan merupakan data yang akurat dan merupakan hasil yang cermat. Adapun dalam pengukuran volume diperoleh dari data LBDS caliper dan piben dengan tinggi menggunakan clinometer dan faktor koreksi 0,7.
Dalam melakukan penaksiran volume tegakan, kita juga harus mengetahui volume mana yang harus diukur untuk dapat menentukan dan menghitung volume pohon berdiri serta volume tegakan dan dapat pula membedakannya. Dimana volume totallah yang digunakan untuk mengukur taksiran volume tegakan. Dimana volume tegakan memiliki arti bahwa volume yang termasuk dalam bagian batang utama pohon untuk pohon berbentuk tak teratur, sampai permukaan tajuk untuk pohon-pohon bertajuk kerucut sampai ujung pohon. Volume kayu pohon memiliki defenisi bahwa pengukuran dilakukan dari volume kayu yang terdapat diseluruh pohon mulai dari volume tunggak (boner pohon) sampai ujung pohon.
Bila suatu pohon yang berdiameter (d) dilihat dengan alat ukur sudut tertentu dengan jarak berbeda-beda atau alat pengukuran sudut tertentu dipakai untuk melihat pohon dengan diameter yang berbeda-beda dari suatu tempat, maka ada 3 kemungkinan yang dapat terjadi yaitu :
Semua penampamg lintang pohon berada dalam sudut pandang
Sudut pandang persis menyinggung penampang lintang pohon
Sebagian penampang pohon berada diluar sudut pandang
Pada praktikum ini dilakukan metoda secara langsung yaitu dengan mengukur tinggi dan diameternya, kemudian dihitung volumenya dengan rumus V = 1/4 λ d. t.f. untuk pekerjaan inventor.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah :
Karakteristik pohon yang digunakan untuk mengukur dan menghitung volume pohon dan ttegakan adalah diameter dan tinggi pohon.
Ada dua macam cara menaksir volume kayu yaitu secara langsung dan tak langsung
Hasil volume terbesar dari volume caliper yaitu 6,73 dan terkecil yaitu 0,17
Hasil volume terbesar dari volume pita ukur yaitu 6,86 dan terkecil yaitu 0,17
Jumlah pohon yang diukur volume pohonnya pada hutan tridarma sebanyak 70 pohon
Dari luas bidang dasar dapat diketahui volume dari suatu tegakan maupun kepadatan bidang dasar
Dengan menggunakan alat ukur diameter yang berbeda, maka diperoleh pengukuran volume dan LBDS yang berbeda
Semakin besar diameter maka LBDS juga semakin besar , selanjutnya volume pohonpun akan bertambah.
B. Saran
Adapun saran dalam praktikum ini adalah agar praktikan lebih hati-hati dan teliti lagi dalam perhitungan datanya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Dephut R.I. Jakarta.
Brinker, R.C dan P. R Wolf. 1984. Elementary Surveying. Harper and Row publisher Inc. London.
Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. UI Press. Jakarta.
Loetsch, F dan K.F Haller. 1964. Forest Inventory. BLV Verlagsgesellschaft. Munchen.
Simon, H. 1987. Manual Inventore Hutan. Ui Press. Jakarta.
Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Wongsoetjitro, S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar