Selasa, 23 Februari 2010

PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kesalahan utama dalam sipat datar memanjang adalah kesalahan tidak dengan jumlah pengukuran yang diadakan sedang jumlah pengukuran yang diambil tergantung pada besarnya jarak yang diukur. Menyipat datar memanjang disengaja dan besarnya dianggap sebanding keliling, biasanya untuk satu penyipatan datar yang memerlukan perbedaan tinggi dua titik dengan jarak yang tidak jauh kita pilih. Jalan yang sama untuk penyipatan pergi dan penyipatan pulang sehingga kita mendapat tinggi beberapa titik lagi yang penyipatan datar ini berbentuk segi banyak. Suatu segi banyak ini dapat kita letakkan misalnya sekeliling suatu lapangan, gedung dan lain sebagainya yang akan kita sipat lagi dengan teliti pada pengerjaan lanjutan, pada banyak Negara sudah dilakukan suatu jaringan titik (Irvene, 1995).
Jenis- jenis instrumen yang dipakai dalam sipat datar memanjang adalah jenis Y (wye), jenis semua tetap (Dumpy), jenis semua tetap dengan pengungkit , jenis automatic, jenis laser pelacak dan jenis geodetic seksama. Untuk pengerjaan begitu teliti, sering dipakai alat sipat datar tangan, walaupun masing-masing instrumen agak berbeda, semua mempunyai teropong dan alat untuk mengatur garis titik pada bidang horizontal, kecuali pada alat sipat datar automatic, pengatur dikerjakan dengan skrup penyetel dan tabung nivo (Frick, 1992).
Alat sipat datar diletakkan dua kali diantara dua mistar dengan jarak-jarak kedua mistar yang berlainan dimisalkan untuk pertama kali dengan jarak-jarak kedua mistar yang berlainan dengan jarak ke kiri = d1 dan jarak ke kanan = d2. Kemudian, jarak-jarak itu menjadi d3 dan d4. Pada kedua tempat alat ukur sipat datar didapat pembacaan-penbacaan ke kiri dan kemuka: a1 dan b1 kemudian c1dan e1. Dimisalkan pembacaan-pembacaan dengan gano bidik. Yang mendatar a0 dan b0, dan kemudian c0 dan e0. Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan hubungan/ bayangan antara titik-titik itu atau baik hubungan mendatar dengan tegak, diperlukan sudut-sudut yang harus diukur. Untuk hubungan mendatar maupun hubungan tegak, diperlukan sudut-sudut yang harus diukur. Sudut mendatar diukur pada skala lingkaran yang letak tegak lurus (Dugdale, 1986).

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul Pengukuran Sipat Datar Memanjang adalah untuk mengukur profil permukaan bumi dan mengetahui beda tinggi antara dua titik atau lebih pada suatu kawasan.

























TINJAUAN PUSTAKA

Dengan adanya pengukuran sipat datar memanjang, kita dapat mengetahui perbedaan tinggi dari suatu daerah, dengan mengetahui tinggi berbagai tempat maka kita mengetahui tinggi areal tersebut dan kita menggambarkan secara detail dan tidak menimbulkan kesulitan yang serius. Dan dengan ini juga mempermudah kita dalam menggambarkan keadaan lokasi tersebut apakah curam atau landai dan sebagainya. Profil sipat datar memanjang ini diperlukan dalam membuat frase jalan ke hutan, untuk mengangkut dan transportasi ke dalam hutan dalam penebangan kayu atau hasil hutan lainnya, atau dengan kata lain hubungannya dengan kegiatan pembukaan wilayah hutan, dalam rangka pengelolaan kawasan hutan secara lestari menimbulkan pula pengetahuan tentang pengukuran untuk bangunan-bangunan kehutanan serta untuk pemetaannya dan masih banyak lagi fungsi yang lainnya (Dugdale, 1986).
Beda tinggi antara dua titik dapat dibentukkan dengan tiga cara:

    1. Dengan cara barometris

    2. Dengan cara trigonometris

    3. Dengan cara pengukuran penyipatan datar
Ketiga cara ini disusun sedemikian hingga ketelitian dari atas kebawah menjadi besar. Cara yang memberi hasil ketelitian terbesar adalah cara pengukuran menyipat datar, sedangkan cara trigonometris dengan cara pengukuran barometris menentukan beda tinggi antara dua titik (Frick, 1992).
Kesalahan utama dalam sipat datar memanjang adalah kesalahan tidak dengan jumlah pengukuran yang diadakan sedang jumlah pengukuran yang diambil tergantung pada besarnya jarak yang diukur. Menyipat datar memanjang disengaja dan besarnya dianggap sebanding keliling, biasanya untuk satu penyipatan datar yang memerlukan perbedaan tinggi dua titik dengan jarak yang tidak jauh kita pilih. Jalan yang sama untuk penyipatan pergi dan penyipatan pulang sehingga kita mendapat tinggi beberapa titik lagi yang penyipatan datar ini berbentuk segi banyak. Suatu segi banyak ini dapat kita letakkan misalnya sekeliling suatu lapangan, gedung dan lain sebagainya yang akan kita sipat lagi dengan teliti pada pengerjaan lanjutan, pada banyak Negara sudah dilakukan suatu jaringan titik (Irvene, 1995).
Telah dikatakan bahwa beda tinggi antara dua titik adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik itu sedangkan untuk beda tinggi dapat ditentukan dengan menggunakan garis yang mendatar sembarang dan dua mistar dipasang pada dua titik itu sedangkan beda tinggi dapat ditentukan. Untuk melakukan dan mendapat pembacaan pada mistar dinamakan back, diperlukan suatu garis lurus, selain itu pada pengukuran ini diperlukan juga nivo tabung. Pada nivo tabung ini dijumpai suatu garis lurus mendatar dengan ketelitian yang tinggi (Sastrodarsono, 2005).
Bila jarak antara dua titik A dan B, dari titik-titik mana harus ditentukan beda tingginya, menjadi sebegitu besar, hingga mistar-mistar tidak bisa dilihat dengan terang dan pembacaan menjadi kurang teliti, atau bila keadaan lapangan sedemikian rupa, hingga garis tidak memotong mistar-mistar karena jatuh di atas atau di bawah mistar, maka terpaksalah jarak antara dua titik Adan B itu harus dibagi dalam jarak-jarak yang lebih kecil, sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah dan baik. Jarak-jarak penglihatan dibagi antara 30 m sampai 60 m. Untuk menentukan beda tinggi t, misalnya antara titik A dan titik B yang jaraknya besar sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah dan baik. Jarak-jarak penglihatan dibagi menjadi beberapa tempat. Ada beberapa cara mencatat pembacaan pembacaan dan menghitung pengukuran-pengukuran yang tergantung pada maksud pengukuran. Pada semua cara digunakan pencatatan dan penghitungan secara tertulis. Semua pembacaan dan jarak ditulis dengan garis yang letak antara titik-titik yang ditempati oleh mistar, titik-titik tersebut ditulis di dalam daftar. Titik-titik yang ditulis di dalam daftar, maka maksud penulisan pengukuran menyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik. Setelah beda tinggi ditentukan, maka tinggi suatu titik dapat dicari, bila beda tinggi yang lain diketahui (Wongsotjitro, 1985).



METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
Adapun praktikum yang berjudul Pengukuran Sipat Datar Memanjang dilaksanakan pada hari Rabu, 3 September 2008, pukul 08.00 wib sampai dengan selesai, di Laboratorium Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah:

  1. Buku tulis untuk mencatat materi yang diajarkan

  2. Buku panduan mahasiwa sebagai bahan bacaan mahasiswa dalam mempelajari Geodesi dan Kartografi.
Adapun alat yang digunakan adalah:

  1. Alat tulis sebagai prasarana pelengkap data

  2. Theodolit manual dan digital sebagai alat pengukur sudut

  3. Jalon sebagai penanda objek yang diamati

  4. Rambu ukur sebagai alat yang menentukan ukuran yang diamati, baik jarak maupun tinggi

  5. Statif sebagai landasan theodolit

  6. Pita ukur sebagai pengukur jarak

  7. Kalkulator sebagai alat untuk menghitung.

Prosedur Praktikum

  1. Ditentukan garis sejauh 30 m kearah mana saja.

  2. Dibuat titik A sebagai titik awal dan B sebagai titik akhir.

  3. Dibagi jarak 30 m tersebut menjadi tiga bagian (masing-masimg 10 m).

  4. Dibuat stasiun antara, sesuai kebutuhan profil tanah yang diukur.

  5. Dibuat titik Bantu (a, b, c, d, ……).

  6. Diukur jarak dan tinggi tanah.

  7. Dipindahkan alat ke stasiun berikutnya setelah pengukuran pada stasiun pertama selesai.

  8. Demikian seterusnya sampai titik akhir.

  9. Dimasukan hasil pengukuran ke dalam tabel

Tabel pengukuran sipat datar memanjang
Stasiun
Posisi alat
Hasil pengukuran
perhitungan
keterangan
Bi
Mi
Dbi
Dmi
BT
TDPL
TGB
A

a
b
1

c
d

I





II









Keterangan tabel:
Bi : Tinggi bacaan ke belakang BT : Beda tinggi
Mi : Tinggi bacaan ke depan TDPL : Tinggi di atas permukaan laut
Dbi : Jarak bacaan ke belakang TGB : Tinggi garis bidik
Dmi : Jarak bacaan ke depan
Formula :
BT = Bi – Mi
TDPL = TDPL +BT
TGB = TDPL + Bi








HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 3.1 pengukuran sipat datar memanjang
Stasiun
Posisi alat
Hasil pengukuran
Perhitungan
keterangan
Bi
Mi
Dbi
Dmi
BT
TDPL
TGB
A

a
b
1

c
d
2

e
f
B






I



II



III







1,465





1,565





1,47


1,565
1,465
1,345

1,47
1,565
1,565

1,43
1,44
1,44




1,6



2,7



3,5



8,2
2,7
5,2

7,3
1,5
5,5

5,8
2
3,5




-0,1
0
0,12

0,095
0
0

0,04
0,03
0,03




30

30
30,12
29,9

29,9
29,9
29,995

30,025
30,025
30,025



31,465



31,565



31,47







I-A
I-1
I-a
I-b
II-1
II-2
II-c
II-d
III-II
III-B
III-c
III-f
IV-B


Pembahasan
Beda tinggi dapat ditentukan dengan menggunakan garis mendatar yang sembarang dengan kedua mistar yang terpasang pada dua titik yang akan diamati. Hal ini sesuai dengan literatur Sastrodarsono (2005) yang menyatakan bahwa beda tinggi antara dua titik adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik itu sedangkan untuk beda tinggi dapat ditentukan dengan menggunakan garis yang mendatar sembarang dan dua mistar dipasang pada dua titik itu sedangkan beda tinggi dapat ditentukan. Untuk melakukan dan mendapat pembacaan pada mistar dinamakan back, diperlukan suatu garis lurus, selain itu pada pengukuran ini diperlukan juga nivo tabung. Pada nivo tabung ini dijumpai suatu garis lurus mendatar dengan ketelitian yang tinggi.
Pengukuran beda tinggi yang kami lakukn pada percobaan ini adalah salah satu dari tiga cara yang ada, yakni dengan cara pengukuran menyipat datar. Hal ini sesuai dengan literatur Frick (1992) yang menyatakan bahwa beda tinggi antara dua titik dapat dibentukkan dengan tiga cara: dengan cara barometris, dengan cara trigonometris dan dengan cara pengukuran penyipatan datar. Ketiga cara ini disusun sedemikian hingga ketelitian dari atas kebawah menjadi besar. Cara yang memberi hasil ketelitian terbesar adalah cara pengukuran menyipat datar, sedangkan cara trigonometris dengan cara pengukuran barometris menentukan beda tinggi antara dua titik.
Untuk menggambarkan keadaan lokasi pada suatu lokasi dengan mudah, dapat dilakukan dengan menbuat beberapa titik detail guna mengetahui secara langsung beda tinggi di suatu arel kawasan yang ingin diamati. Hal ini sesuai dengan literatur Dugdale (1986) yang menyatakan bahwa dengan adanya pengukuran sipat datar memanjang, kita dapat mengetahui perbedaan tinggi dari suatu daerah, dengan mengetahui tinggi berbagai tempat maka kita mengetahui tinggi areal tersebut dan kita menggambarkan secara detail dan tidak menimbulkan kesulitan yang serius. Dan dengan ini juga mempermudah kita dalam menggambarkan keadaan lokasi tersebut apakah curam atau landai dan sebagainya. Profil sipat datar memanjang ini diperlukan dalam membuat frase jalan ke hutan, untuk mengangkut dan transportasi ke dalam hutan dalam penebangan kayu atau hasil hutan lainnya, atau dengan kata lain hubungannya dengan kegiatan pembukaan wilayah hutan, dalam rangka pengelolaan kawasan hutan secara lestari menimbulkan pula pengetahuan tentang pengukuran untuk bangunan-bangunan kehutanan serta untuk pemetaannya dan masih banyak lagi fungsi yang lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode tinggi garis bidik.

  2. Pada pengukuran sipat datar memanjang dilakukan paling sedikit dua kali pembacaan yaitu pada rambu belakang dan rambu depan.

  3. Tinggi Diatas Permukaan Laut Universitas Sumatera Utara adalah 30 m.

  4. Pada percobaan ini didapat:
TGB I : 31,465
TGB II : 31,565
TGB III : 31,470

  1. Dari hasil pengamatan di dapatkan adanya perbedaan tinggi antara TGB I, TGB II, TGB III.

  2. Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan cara barometris, trigonometris dan pengukuran menyipat datar.

Saran
Diharapkan agar para praktikan memahami terlebih dahulu konsep pengukuran sipat datar memanjang sebelum mempraktekkannya di lapangan. Para praktikan juga diharapkan serius dan telaten dalam menjalankan praktikum agar data yang didapat maksimal.

1 komentar: