Senin, 14 Desember 2009

PENGERINGAN OVEN DAN KIPAS ANGIN


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri perkayuan terus-menerus berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia terhadap kayu/papan yang terus meningkat. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi permintaan terhadap kayu yang tinggi adalah dengan peningkatan kualitas kayu olahan industri sehingga kayu yang diproduksi memiliki keawetan, kekuatan dan ketahanan yang tinggi yang secara perlahan dapat mengurangi pemborosan dalam konsumsi kayu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kayu/papan olahan adalah dengan meningkatkan kualitas pengeringan kayu karena Kadar Air (KA) yang terdapat di dalam kayu sangat berpengaruh terhadap sifat mekanis kayu seperti kekuatan dan kemudahan pengerjaan kayu.
Kayu bersifat higroskopis, artinya kayu memiliki daya tarik terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kemampuan kayu untuk mengisap atau mengeluarkan air tergantung pada suhu dan kelembaban udara sekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu selalu berubah-ubah menurut keadaan udara atau atmosfer sekelilingnya. Semua sifat fisik kayu sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu. Oleh karena itu dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku bangunan, perabot dan lain sebagainya perlu diketahui kandungan kadar air, letaknya air dalam kayu dan bagaimana air itu bergerak di dalam kayu. Dengan sifat ini, maka kayu dapat mengembang pada kondisi musim hujan atau pada kelembaban tinggi dan dapat menyusut pada kondisi musim kemarau atau pada kelembaban rendah, bila kayu tersebut belum dikeringkan pada saat penggunaan (Haygreen, 1993).
Pengeringan kayu dapat dideskripsikan sebagai sebuah proses pengeluaran kandungan air dari dalam kayu. Ukuran ideal proporsi air diukur dengan cara menentukan Moisture Content (MC) atau kadar kelembaban di dalam ukuran persen (%). Proporsi yang baik adalah apabila MC berada pada level 8 – 12%. Kondisi ini mengindikasikan kayu yang cukup kering dan baik sehingga kemungkinan kayu untuk menyusut sangat kecil. Adapun persentase MC ini dapat diperoleh dikarenakan di dalam kayu terdapat unsure yang padat dan air yang sekaligus pengikat pori-pori. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengeluarkan kandungan air tersebut ke udara (Viklund, 2008a)
Keuntungan yang diperoleh apabila kayu dalam kondisi kering adalah:




  1. Lebih ringan, dalam proses distribusi perhitungan harga dan aspek lain ini berarti mengurangi biaya produksi








  2. Lebih kuat, melalui beberapa cara pengujian kayu kering terbukti lebih kuat dari kayu basah








  3. Lebih awet, kayu yang basah berarti terdapat air yang bias menjadi modal hidup mahkluk lain seperti serangga, jamur, dan mereka adalah musuh utama kayu








  4. Pengerjaan lebih mudah, proses perekatan akan lebih baik karena pada kayu kering perekat memiliki tempat untuk meresap pada kayu








  5. Proses finishing atau pelapisan akhir akan menjadi lebih baik tanpa adanya resiko penguapan setelah produk jadi
    (Viklund, 2008a).





Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul Pengeringan dengan Kipas Angin dan Oven adalah untuk membandingkan kadar air yang diperoleh dengan metode oven dan metode kipas angin.


TINJAUAN PUSTAKA


Industri kayu, seperti industri mebel dan kayu lapis, memerlukan proses pengeringan kayu. Proses ini begitu penting untuk memenuhi standar mutu. Pengeringan yang salah bisa mengakibatkan kayu rusak, bengkok atau retak-retak. Untuk mendapatkan bagan pengeringan yang tepat bagi suatu jenis kayu, maka sifat pengeringannya harus diketahui. Sifat pengeringan tersebut diperlukan untuk menetapkan kisaran suhu dan kelembaban yang optimal agar waktu pengeringan lebih efisien dan kualitas kayunya terjaga. Sifat pengeringan yang perlu diamati yaitu pecah ujung, pecah permukaan yang terjadi pada kadar air di atas titik jenuh serat (Ka. ± 30%), pecah pada bagian dalam kayu (internal checks/honeycomb) dan perbedaan dimensi tebal pada jarak 1-2 cm dari satu permukaan ujung kayu (deformation). Sedangkan sifat penunjang lainnya adalah kadar air awal dan kualitas fisik kayu/dolok (Basri dan Yuniarti, 2006).
Kayu mempunyai sifat higroskopis yaitu dapat menyerap dan melepaskan air atau kelembapan. Suatu petunjuk, bahwa kelembapan kayu sangat dipengaruhi oleh kelembapan dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara di sekitarnya akan makin tinggi pula kelembapan kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dengan masuknya air kedalam kayu itu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang dan menyusut (Dumanauw, 2003).
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air kering udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara, yang mana pada kondisi ini kayu tidak menyerap atau melepas air. Dengan demikian bila digunakan untuk komponen bangunan dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami pengembangan maupun penyusutan, kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak merusak elemen bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan sebelum digunakan harus diketahui terlebih dahulu kadar airnya. Kadar air kayu yang aman untuk penggunaan pada bangunan adalah kadar air kering udara, untuk Indonesia sekitar 15% - 20%.
Kadar air yang terdapat di dalam kayu terdiri dari :





  1. Air bebas adalah air yang terdapat di dalam rongga-rongga sel, yang paling mudah dan terlebih dahulu keluar. Air bebas ini tidak mempengaruhi sifat dan bentuk kayu kecuali berat kayu.








  2. Air terikat adalah air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu, sangat sulit untuk dilepas. Air terikat inilah yang dapat mempengaruhi sifat kayu misalnya penyusutan. Bila air bebas telah keluar dan kondisi dinding sel jenuh air, maka dapat dikatakan kayu telah mencapai kadar air titik jenuh serat (fiber saturation point). Tingkatan titik jenuh serat untuk semua jenis kayu tidak sama, hal ini dikarenakan adanya variasi susunan kimiawi kayu. Titik jenuh serat kayu pada umumnya berkisar antara kadar air 25 – 30 % (Haygreen,1993).



Tahap pengeringan di bawah titik jenuh serat sangat riskan karena pada tahap ini, kayu mulai melepaskan kandungan air terikatnya. Bila kandungan air terikat dalam dinding sel mulai terevaporasi, kayu pun akan bergerak menyusut. Saat kayu menyusut yang harus diwaspadai adalah perubahan bentuk. Proses evaporasi harus dikendalikan agar tetap merata pada keselurahan permukaan kayu sehingga tidak terjadi perbedaan ketegangan dalam kayu (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman. 1997).
Temperatur dan kelembaban relative dikendalikan dengan gradien pengeringan yang tidak terlalu besar. Kadar air 21 % - 30 % harus dapat diturunkan lagi sampai kadar air akhir 6 % - 8 %, sesuai dengan kebutuhan. Temperatur yang digunakan untuk kayu yang mempunyai kandungan zat ekstraktif, sebaiknya antara 55oC – 60oC, untuk menghindarkan noda-noda warna atau perubahan warna kayu.
Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan cara alami maupun dengan menggunakan kiln/ tanur pengering. Pengeringan secara alami yaitu dengan menggunakan tenaga alam/ udara (matahari), biayanya relative murah, pelaksanaannya mudah tanpa memerlukan tenaga ahli dan kapasitasnya tidak terbatas. Namun kerugiannya adalah waktu yang diperlukan untuk mengeringkan relatif lama, memerlukan areal yang cukup luas, cacat pengeringan yang timbul sulit diperbaiki dan kadar air akhir yang dicapai masih terlalu tinggi. Sedangkan pengeringan kayu dengan kiln/ tanur pengering memerlukan waktu yang relative singkat, cacat pengeringan dapat dihindari, kadar air akhir dapat diatur. Kekurangannya adalah memerlukan biaya investasi yang besar, perlu tenaga ahli yang berpengalaman, dan sortimen kayu yang dikeringkan tertentu (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman. 1997).
Proses pengeringan kayu secara umum ada beberapa tahap, yaitu pemanasan awal (preheating), pengeringan sampai titik jenuh serat, pengeringan sampai kadar air akhir, pengkondisian (conditioning), pemerataan atau penyamaan kadar air kayu (equalizing), dan pendinginan (colling down).
Kecepatan penguapan air dari dalam kayu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada garis besarnya faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas dua golongan yatun faktor dalam dan faktor luar.
Faktor luar terdiri dari;





  1. Suhu , pada keadan dimana kelembapan relatif udara tetap maka makin tinggi suhu makin cepat jalannya pengeringan.








  2. Kelembapan udara, dalam keadaan suhu yang tetap maka makin rendah kelembapan udara makin cepat jalannya pengeringan.








  3. Sirkulasi udara, peredaran udara yang baik menyebabakan udara yang basah dan dingin yang mengandung uap air dialirkan dan diganti dengan udara yang kering dan panas sehingga mempercepat jalannya pengeringan.



Faktor dalam terdiri dari;





  1. Jenis kayu , pada umumnya kayu daun lebar lebih lambat kering daripada kayu daun jarum.








  2. Kadar air permulaan , makin basah kayu pada saat permukaan dikeringkan makin lama pengeringannya.








  3. Perbedaan kayu gubal dan kayu teras, pada bagian kayu gubal lebih cepat mengering daripada kayu teras.



Ketebalan kayu, dimana kayu yang tebal lebih lama mengering daripada kayu yang tipis
Pengeringan kayu dapat dilakukan secara alami (air drying) ataupun secara buatan (dehumidifier atau kiln drying). Pada metode alami, kondisi cuaca sangat menentukan kecepatan kayu mongering. Sedangkan pada metode buatan, ketiga factor pengeringan, yaitu suhu, kelembapan, dan sirkulasi udara dapat diatur sehingga kayu dapat mongering dengan cepat dan bisa mencapai kadar air di bawah 12% (Dephutbun RI, 1998).
Temperatur udara dan kelembaban relatif sangat menentukan keadaan iklim dalam oven yang dapat mempengaruhi kadar air keseimbangan dalam kayu. Dengan bantuan alat-alat oven, iklim udara dalam oven dapat diubah melalui pengaturan bola basah dan temperatur bola kering sehingga nilai kelembaban udara relatif dalam ruang akan berubah. Perubahan ini menyebabkan kayu akan menyesuaikan kondisi kadar airnya dengan kondisi udara disekitar kayu (Budianto, 1996).
Kipas merupakan alat penggerak utama sirkulasi udara Udara yang bergerak dapat ditekan masuk di antara celah-celah tumpukan kayu. Kita dapat merencanakan kekuatan kipas-kipas tambahan agar sirkulasi udara dapat menerobos masuk di sela-sela tumpukan kayu. Ada dua macam kipas pada sistem pengeringan ini, yaitu:





  • Sistem kipas aksial (axial fans). biasanya kapasitas muatnya di atas 25 m3 —250 m3,







  • Sistem kipas radial (radial fans), kapasitas muatnya di bawah 25 m3.



(Budianto, 1996).

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan praktikum pengeringan kayu yang berjudul “Pengeringan kayu dengan kipas angin dan oven” ini dilaksanakan selama 6 minggu yaitu dimulai pada hari selasa tanggal 20 Oktober 2009 sampai Sabtu 21 September 2009 yang bertepatan di laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kayu durian
(Durio zibethinus) dan air.
Adapun a€lat yang digunakan pada praktikum ini adalah





  1. Oven sebagai alat untuk mengeringkan kayu








  2. Kipas angin sebagai alat untuk mengeringkan kayu








  3. Penggaris untuk mengukur dimensi kayu








  4. Neraca elektrik sebagai alat untuk menimbang berat kayu



Prosedur Percobaan
Pengeringan dengan Metode Oven





  1. Disediakan contoh uji kayu








  2. Direndam selama 24 jam








  3. Ditiriskan dan ditimbang berat awalnya dan diukur dimensinya , ini dilakukan per 2 hari sampai berat konstan








  4. Dimasukkan ke dalam oven








  5. Setelah 2 hari di ukur lagi dimensinya dan ditimbang beratnya serta dihitung kadar airnya sampai konstan. Setelah itu di buat grafik penurunan kadar air per 2 hari.



Pengeringan dengan Metode Kipas Angin





  1. Disediakan contoh uji kayu








  2. Direndam selama 24 jam








  3. Ditiriskan dan ditimbang berat awalnya dan diukur dimensinya , ini dilakukan per 2 hari sampai berat konstan








  4. Dikipas anginkan dengan kecepatan sedang








  5. Setelah 2 hari di ukur lagi dimensinya dan ditimbang beratnya serta dihitung kadar airnya sampai konstan. Setelah itu di buat grafik penurunan kadar air per 2 hari. Setiap 2 hari digeser letak kayu pada kipas angin berdasarkan kelompok.





HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel.1 Kadar Air Kayu dengan Metode Kipas Angin dan Oven


Waktu pengamatan


Kayu/perlakuan


Berat
(gr)
Dimensi Kayu
(cm)


KA hilang
(%)
P
L
T
Kamis, 22-10-2009
Kipas Angin
Oven
1142,7
1305,6
31,8
31,7
21,6
21,7
3,3
3,4
-
Sabtu, 24-10-2009
Kipas Angin
Oven
931,1
735,3
29,8
29,6
20,2
19,1
3,1
3,1
22,72
77,56
Senin, 26-10-2009
Kipas Angin
Oven
887,5
746,5
29,5
29,5
20,2
19,3
3,3
3,3
28,75
74,89
Rabu, 28-10-2009
Kipas Angin
Oven
850, 5
728,4
29,8
29,4
22,5
19,1
3,1
3,1
34,36
79,24
Jumat, 30-10-2009
Kipas Angin
Oven
834,6
750,0
30
29,9
20,45
19,25
3,2
3,1
36,91
74,08
Senin, 2-11-2009
Kipas Angin
Oven
827,3
734,9
29,9
29,8
20
19
3,1
3,0
38,12
77,66
Rabu, 4-11-2009
Kipas Angin
Oven
825,6
731,4
29,8
29,7
20
19
3,2
3,1
38,41
78,51
Jumat, 6-11-2009
Kipas Angin
Oven
826,9
747,5
29,7
29,7
20
19
3,1
3,1
38,19
74,66
Senin, 9-11-2009
Kipas Angin
Oven
827,9
748, 3
29,9
29,8
20
19,1
3,1
3
38,02
74,47
Rabu, 18-11-2009
Kipas Angin
Oven
831,8
795,7
29,9
29,8
20
19,4
3,2
3,1
37,38
64,08
Jumat, 20-11-2009
Kipas Angin
Oven
825,7
726,9
29,9
29,8
20
19
3,1
3,1
38,39
79,61
Senin, 23-11-2009
Kipas Angin
Oven
826,3
726,2
29,8
29,8
20,2
19
3,1
3,1
38,29
79,78


Adapun perubahan kadar air apada kedua metode ini dapat dilihat pada grafik Perubahan Kadar Air berikut :
Grafik 1. Perubahan Kadar Air

Pembahasan
Kadar air yang hilang pada perlakuan oven tertinggi terjadi pada hari terakhir sebesar 79,78%, sedangkan kipas angin terjadi kehilangan kadar air tertinggi pada dua hari sebelum minggu terakhir dengan nilai 38,39%. Berdasarkan hasil yang didapat dapat diambil kesimpulan jika bobot kayu menurun maka nilai kadar air yang hilang akan semakin tinggi, dan nilai kadar air sebenarnya akan dapat diketahui jika nilai kadar air kayu diamati diawal sampai konstan dan ditetapkan sebagai nilai kadar air dengan menggunakan berat kering tanur estimate untuk dapat mengetahui pengembangan kadar airnya per dua hari.
Penurunan kadar air di tiap perlakuan per dua harinya meningkat walaupun ada beberapa yang menurun. Hal ini menunjukan bahwa factor internal maupun eksternal nyata berpengaruh kepada kayu. Perlakuan yang dilakukan dengan durasi waktu yang lama dan perlakuan pengurangan kadar air yang sama secara otomatis akan meningkatkan kadar air yang hilang pada kayu. Hal ini sesuai dengan literature Budianto (1996) yang menyatakan bahwa Kecepatan penguapan air dari dalam kayu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal senada juga disampaikan Dephut RI (1998) yang menyatakan bahwa pada metode buatan, ketiga factor pengeringan, yaitu suhu, kelembapan, dan sirkulasi udara dapat diatur sehingga kayu dapat mongering dengan cepat dan bisa mencapai kadar air di bawah 12%.
Kadar air yang hilang pada kayu dengan perlakkuan oven dan kipas angin menunjukan perbedaan yang sangat signifikan, hal ini terbukti dari nilai kadar air hilang pada kayu yang diovenkan relatif lebih tinggi dibanding dengan yang dikipasanginkan. Ini disebabkan karena pada perlakuan oven temperatur, sirkulasi udara dan penyusunan papan berperan didalamnya, sehingga penurunannya besar. Pada dasarnya temperatur adalah kunci utama pada proses pengeringan. Berbeda halnya dengan kipas yang hanya mengandalkan sirkulasi udara dengan suhu ruangan dan penyusunan saja. Hal ini sesuai dengan literatur Budianto (1996) yang menyatakan bahwa Kipas merupakan alat penggerak utama sirkulasi udara Udara yang bergerak dapat ditekan masuk di antara celah-celah tumpukan kayu. Kita dapat merencanakan kekuatan kipas-kipas tambahan agar sirkulasi udara dapat menerobos masuk di sela-sela tumpukan kayu. Hal senada juga disampaikan
Budianto (1996) yang menyatakan bahwa Temperatur udara dan kelembaban relatif sangat menentukan keadaan iklim dalam oven yang dapat mempengaruhi kadar air keseimbangan dalam kayu. Dengan bantuan alat-alat oven, iklim udara dalam oven dapat diubah melalui pengaturan bola basah dan temperatur bola kering sehingga nilai kelembaban udara relatif dalam ruang akan berubah.
Catat yang ditimbulakan pada dua metode ini hamper tidak tampak, hal ini disebabkan karena adanya pengaturan yang diterapkan langsung pada alat hal ini sesuai dengan literatur Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (1997) yang menyatakan bahwa pengeringan kayu dengan kiln/ tanur pengering memerlukan waktu yang relative singkat, cacat pengeringan dapat dihindari, kadar air akhir dapat diatur. Kekurangannya adalah memerlukan biaya investasi yang besar, perlu tenaga ahli yang berpengalaman, dan sortimen kayu yang dikeringkan tertentu

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan










    1. Nilai kadar air yang hilang terjadi pada minggu terakhir ditiap dua hari perlakuan hal ini disebabkan adanya pengaruh perlakuan dan waktunya.








    2. Pengguanaan suhu yang tidak konstan akan menyebabkan niali kadar air yang didapat tidak otentik.








    3. Nilai kadar air yang hilang pada saat pengguanaan oven dengan kipas angin menunjukan perbedaan yang signifikan, dimana nilai kehilangan air yang tertinggi terjadi pada saat kayu diovenkan.








    4. Temperatur, suhu dan posisi kayu akan sangat mempengaruhi besarnya nilai kada air yang hilang.






Saran
Untuk dapat menentukan nilai kadar aii, sebaiknya ditentukan nilai kadar air dengan perlakuan penimbangan konstan kayu diawal perlakuan, dan menggunakan berat kering tanur estimate untuk menentukan perkembangan kadar air.


DAFTAR PUSTAKA


Basri, E. dan Yuniarti, K. 2006. Sifat dan Bagan Pengeringan Sepuluh Jenis Kayu Hutan Rakyat untuk Bahan Baku Mebel. Diakses dari www.dephut.go.id/files/BBMebel.pdf
Budianto, A. D. 1996. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius. Semarang
Dephutbun RI. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebuanan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta
Dumanauw, J. F. 2003. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta.
Haygreen, G dan Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.
Viklund, A. 2008. Penjelasan Singkat Tentang Pengeringan Kayu. http://www.tentangkayu.com/klindry.[10/10/2009]





CHAINSAW


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor kehutanan terus berlanjut menjadi salah satu sektor industri yang paling berbahaya di sebagian besar negara. Di seluruh dunia, sering ada kecenderungan untuk menganggap remeh peningkatan angka kecelakaan dan terjadinya penyakit akibat kerja serta terjadinya pensiun dini pada pekerja kehutanan. Namun demikian, fakta-fakta menunjukkan bahwa kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik di sektor kehutanan, merupakan sesuatu hal yang mungkin terwujud. Banyak anggota mengakui bahwa keselamatan di tempat kerja bukan hanya suatu etika yang sangat mendesak untuk dilaksanakan, tetapi juga berarti "uang dan perasaan". Di sektor kehutanan, hal ini
juga menjadi suatu prasyarat manajemen yang kuat dan pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. Sangat penting bila pemerintah, perusahaan, organisasi pekerja dan pengusaha mau melakukan sesuatu untuk mewujudkan hal ini
Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang memuaskan dicapai bila sejumlah prinsip yang berhubungan erat telah diterapkan pada tingkat nasional, perusahaan dan tempat kerja. Prinsip-prinsip ini meliputi pemenuhan hukum dan peraturan, dan suatu kebijakan yang didefinisikan dengan jelas yang mengidentifikasi sifat dan keparahan resiko yang terdapat dalam operasi kehutanan, sebagaimana juga pembagian tanggung jawab bagi orang-orang yang dipekerjakan pada tingkat manajemen, penyelia dan pengawasan kerja dalam bidang kehutanan (Yanri, dkk, 1998).
Diakui bahwa perusahaan kehutanan sangat bervariasi dalam hal ukuran, lingkup, stabilitas ekonomi dan budaya. Meski demikian, perbedaan ini mestinya tidak menjadi suatu pertimbangan untuk melemahkan aplikasi prinsip umum yang penting bagi promosi kondisi kerja yang mencegah atau mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit (Yanri, dkk, 1998).
Gergaji rantai merupakan alat yang paling vital dalam hal penebangan pohon dikawasan hutan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian keselamatan baik dari internal maupun eksternal. Gergaji tangan pada dasarnya memang mudah digunakan namun pada kenyataannya dilapangan banyak kendala yang dihadapi. Berhubung belum ada standar gergaji rantai untuk penebangan pohon, maka perlu dilakukan penelaahan mengenai kemungkinan pembuatan standar tersebut.


Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum yang berjudul Pengaenalan Gergaji Tangan (Chainsaw) adalah untuk memahami tahapan yang benar dalam pengaplikasian alat ini di lapangan.

TINJAUAN PUSTKA


Undang-Undang yang Membahas Gergaji Rantai
Dalam keputusan Presiden nomor 21 tahun 1995 tentang
Penjualan, Pemilikan dan Penggunaan Gergaji Rantai ini yang dimaksud dengan:
1. Gergaji rantai adalah gergaji yang biasa digunakan untuk menebang, memotong, dan membelah kayu yang lazim disebut Chain Saw;
2. Pemilik adalah perorangan atau badan yang mempunyai gergaji rantai;
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Tingkat I dalam hal ini Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I atau Kantor Cabangnya.
Pengaturan penjualan, pemilikan, dan penggunaan gergaji rantai bertujuan untuk mencegah kerusakan hutan dan lingkungan hidup akibat penggunaan gergaji rantai yang tidak terkendali.
Adapun Penggunaannya diatur dalam Bab IV Pasal 8, yaitu:
1. Gergaji rantai yang telah terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, hanya dapat digunakan oleh pemiliknya untuk melakukan kegiatan usahanya;
2. Dalam hal pemilik gergaji rantai menyerahkan gergaji rantai kepada pelaksana kegiatan atau orang lain untuk digunakan dalam kegiatan berdasarkan ijin yang dimilikinya, maka pemilik gergaji rantai wajib membuat surat tugas kepada pelaksana kegiatan yang dimaksud.
(Kepres RI no. 21 tahun 1995 tentang Penjualan, Pemilikan dan Penggunaan Gergaji Rantai, 1995).


Pengenalan Chainsaw (Gergaji Tangan)
Gergaji rantai digunakan untuk membuat takik rebah dan takik balas, dan untuk memotong bagian-bagian kayu lainnya, baik dalam kegiatan pembersihan cabang, penebangan maupun pembagian batang.
Pada dasarnya gergaji terdiri dari 3 bagian utama, yaitu mesin penggerak, bilah pemadu (penghantar) dan rantai gergaji. Pada tahun 1970-an jenis gergaji yang banyak digunakan adalah gergaji buatan Amerika, seperti Mculloch, Homelite, Pioneer, Echo dsb, tetapi merek-merek tersebut sebenarnya kurang cocok untuk postur orang Asia termasuk Indonesia, disamping itu jenis tersebut bobotnya terlalu berat. Gergaji rantai buatan Eropa merupakan gergaji yang relatif ringan dan kecil, sehingga relatif sesuai untuk ukuran tubuh orang Asia. Merek-merek gergaji buatan eropa antara lain adalah STIHL, Dolmar, Hosquarna, Uran, dsb. Pada saat ini model yang paling umum adalah gergaji yang terbuat dari bahan ringan, kekuatan mesin berkisar antara 10 – 12 HP dan panjang bilah penghantarnya antara 24 – 30 inchi. (Muhdi, 2006).
Gambar 1. Chainsaw dengan nama dan bagian-bagiannya
Keterangan gambar:
1. Keping rantai 12. Tutup tangki pelumas
2. Rantai 13. Penutup starter
3. Pengatur dudukan rantai 14. Tutup tangki bahan bakar
4. Penyaring kotoran/debu 15. Tutup pengaman handle
. Pelindung tangan 16. Pengatur gas
6. Pegangan 17. Choker
7. Starter 18. Pengencang bar
8. Tutup spark plug 19. Pengatur gas
9. Saringan udara 20. Penstabil dudukan rantai
10. Panel pemberhentian mesin 21. Tutup rantai
11. Pengaman
(Sukanda, 2008).


Mata Rantai Chainsaw


Mata rantai harus tipis untuk memberikan gergajian yang baik dengan berat alat yang ideal. Mata rantai dibuat makin ke ujung harus semakin tajam hingga mempermudah penebangan. Beberapa tipe mata rantai yaitu Lance Teeth, Peg Tooth, dan Champion Tooth (Wackerman, 1949).




Atas : Lance Teeth
Tengah: Peg Tooth
Bawah : Champion Tooth




Gambar 2. Mata Rantai Chainsaw


Ketentuan Rancangan Gergaji
Gergaji mesin harus dirancang dan dilengkapi sesuai dengan ketentuan. Gergaji tersebut harus termasuk :
(a) Tangkai terpisah untuk kedua tangan saat menggunakan sarung tangan:
(b) Suatu on/off tombol yang dapat dicapai dengan tangan kanan pada tingkap pemadam dan memakai sarung tangan:
(c) Sistim pengunci yang mencegah gergaji mesin hidup/jalan dengan tak diduga-duga, sebab dua pengungkit harus ditekan secara serempak:
(d) Pengaman tangkai belakang untuk melindung tangan kanan;
(e) Sistim anti getaran terdiri dari peredam getaran karet antara motor dan pegangan;
(f) Suatu rem-rantai, yang diaktipkan secara manual dengan tangkai depan dan mekanis tidak manual dalam kasus kembali (kick-back);
(g) Suatu penangkap rantai;
(h) Suatu bumper taji, yang menyebabkan berat gergaji bersandar pada batang kayu dengan aman selama yang memotong batang;
(i) Pelindung tangkai dengan untuk melindungi tangan kiri dari rantai;
(j) Suatu tutup rantai untuk menghindarkan luka-luka selama pengangkutan
(Yanri, dkk, 1998).


Penggunaan Gergaji Rantai
Tindakan yang perlu dilakukan sebelum gergaji rantai dipergunakan, antara lain:
1 Pemasangan keping rantai dan rantai
Untuk memasang keping rantai dan rantainya, tutup pelindung roda rantai perlu dibuka terlebih dahulu dengan melepas mur pada baud kemudian rantai dipasan pada alur keping rantai dengan gigi pengerat pada bagian atas keping rantai mengarah pada ujung.
2 Pengisian bahan bakar
Bahan bakar yang dipergunakan adalah bensin campur dengan perbandingan satu bagian bahan pelumas (SAE 30) dan 25 bagian bensin (Premium). Pada gergaji rantai yang baru, selama 40 jam pertama digunakan campuran dengan perbandingan 1:20. Campuran tersebut harus tercampur dengan baik yaitu dengan mengguncang-guncangkan terlebih dahulu sebelum dimasukan ke dalam tangki.
3. Pengisian minyak pelumas rantai
Rantai gergaji harus diberi pelumas agar tidak cepat rusak. Pelumas rantai yang digunakan adalah minyak pelumas SAE 30, tidak diperbolehkan mempergunakan minyak bekas.
4. Menghidupkan dan mematikan mesin
Cara menghidupkan dan mematikan mesin adalah tali starter ditarik perlahan-lahan 3-5 kali agar masuk campuran bahan bakar dan udara. Kemudian ditarik sekaligus sampi mesin hidup. Cara mematikannya adalah menekan tombol posisi off.
5. Pelumasan rantai
Segera setelah mesin hidup, pelumas dipompa oleh mesin sehingga alur keping rantai dan rantai gergaji mendapat pelumasan. Untuk jenis gergaji yang sistem pelumasannya tidak otomatis, minyak dapat mengalir kedalam alur keping rantai dan rantai gergaji dengan jalan menekan tombol pompa dengan ibu jari. Pelumas rantai dapat diperiksa dengan cara meletakkan sehelai kertas dimuka gergaji yang dihidupkan. Bila pelumasan baik, maka minyak akan memercik pada kertas tersebut
(Soenarso, et al,1972)


Analisis Biaya
Biaya penebangan terdiri dari tidak hanya biaya pekerja tetapi juga biaya alat dan energi yang digunakan alat untuk bekerja, seperti sperpat dan bahan bakar. Ketika tenaga gergaji digunakan, investasi alat akan menjadi besar biasanya harga ditekan turun selama 1-2 tahun. Dengan gergaji berbahan bakar bensin, tentu saja persediaan bahan bakar dan persediaan esensial untuk operasi harus dilengkapi (Wackerman, 1979).
Berdasarkan data penelitian pada bulan Agustus 2007 didapat komponen biaya penebangan per m3 dapat dihitung
melalui biaya kepemilikan dan pengoperasian alat
sebagai berikut: (1) Harga 1 alat = Rp 5.500.000/unit; (2) umur pakai alat = 1 tahun = 1.000 jam; (3) Asuransi = 3%/tahun; (4) Bunga bank = 18%/tahun; (5)
Pajak = 2%/tahun; (6) Harga bensin = Rp 7.000/liter; (7) Upah operator dan pembantu = Rp 300.000//hari; (8) Jam kerja/hari = 8 jam; (9) Besar daya 3,5 HP (Suharta dan Yuniwati, 2007).
Tabel 1. Komponen Biaya penebangan Rp/ jam
Komponen biaya Jumlah (Rp/jam)
Biaya penyusutan 4.950
Biaya asuransi 99
Biaya bunga 594
Biaya pajak 66
Biaya bahan bakar 2.646
Biaya Oli/pelumas 264
Biaya /pemeliharaan 4.950
Biaya upah 37.500
Total biaya usaha 51.069
(Suharta dan Yuniwati, 2007).


METODE PRAKTIKUM


Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul Pengenalan Mesin Gergaji Tangan (Chainsaw) ini Dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 26 November 2009, pada pukul 14.00 WIB sampai 16.00 yang diadakan di ruang 202 Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah:
1. Kamera sebagai alat dokumentasi
2. Kalkulator sebagai alat penghitung
3. Alat tulis sebagai sarana pelengkap data
4. Buku atau literature mengenai chainsaw sebagai alat pembanding
Adapun bahan yang digunakan adalah chainsaw sebagai objek yang akan diamati.


Prosedur
1. Diamati setiap bagian chainsaw secara detail.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil



Pembahasan
Untuk menjamin keselamatan kerja operatror maka perlu dilakukan hal dengan merancang mesin dan dilengkapi sesuai dengan ketentuan. Gergaji tersebut harus termasuk :
(a) Tangkai terpisah untuk kedua tangan saat menggunakan sarung tangan:
(b) Suatu on/off tombol yang dapat dicapai dengan tangan kanan pada tingkap pemadam dan memakai sarung tangan:
(c) Sistim pengunci yang mencegah gergaji mesin hidup/jalan dengan tak diduga-duga, sebab dua pengungkit harus ditekan secara serempak:
(d) Pengaman tangkai belakang untuk melindung tangan kanan;
(e) Sistim anti getaran terdiri dari peredam getaran karet antara motor dan pegangan;
(f) Suatu rem-rantai, yang diaktipkan secara manual dengan tangkai depan dan mekanis tidak manual dalam kasus kembali (kick-back);
(g) Suatu penangkap rantai;
(h) Suatu bumper taji, yang menyebabkan berat gergaji bersandar pada batang kayu dengan aman selama yang memotong batang;
(i) Pelindung tangkai dengan untuk melindungi tangan kiri dari rantai;
(j) Suatu tutup rantai untuk menghindarkan luka-luka selama pengangkutan
Selain savety internal ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu savety eksternal yaitu dengan memperhatikan keamanan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan system tebang pilih artinya penggunaan diamerter yang tepat haruslah diamati, baik delinasi maupun hal penting lainnya yang dapat menyebabkan kelestarian lingkungan.
Sebelum melakukan penebangan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu
1 Pemasangan keping rantai dan rantai
Untuk memasang keping rantai dan rantainya, tutup pelindung roda rantai perlu dibuka terlebih dahulu dengan melepas mur pada baud kemudian rantai dipasan pada alur keping rantai dengan gigi pengerat pada bagian atas keping rantai mengarah pada ujung.
2 Pengisian bahan bakar
Bahan bakar yang dipergunakan adalah bensin campur dengan perbandingan satu bagian bahan pelumas (SAE 30) dan 25 bagian bensin (Premium). Pada gergaji rantai yang baru, selama 40 jam pertama digunakan campuran dengan perbandingan 1:20. Campuran tersebut harus tercampur dengan baik yaitu dengan mengguncang-guncangkan terlebih dahulu sebelum dimasukan ke dalam tangki.
3. Pengisian minyak pelumas rantai
Rantai gergaji harus diberi pelumas agar tidak cepat rusak. Pelumas rantai yang digunakan adalah minyak pelumas SAE 30, tidak diperbolehkan mempergunakan minyak bekas.
4. Menghidupkan dan mematikan mesin
Cara menghidupkan dan mematikan mesin adalah tali starter ditarik perlahan-lahan 3-5 kali agar masuk campuran bahan bakar dan udara. Kemudian ditarik sekaligus sampi mesin hidup. Cara mematikannya adalah menekan tombol posisi off.
5. Pelumasan rantai
Segera setelah mesin hidup, pelumas dipompa oleh mesin sehingga alur keping rantai dan rantai gergaji mendapat pelumasan. Untuk jenis gergaji yang sistem pelumasannya tidak otomatis, minyak dapat mengalir kedalam alur keping rantai dan rantai gergaji dengan jalan menekan tombol pompa dengan ibu jari. Pelumas rantai dapat diperiksa dengan cara meletakkan sehelai kertas dimuka gergaji yang dihidupkan. Bila pelumasan baik, maka minyak akan memercik pada kertas tersebut.
Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka kerusakan lingkungan akan terjadi. Sebagai contoh jika kita melakukan penebangan dengan tidak memperhatikan jumlah bahan bakar. Kemungkinan kayu tersebut akan tumbang ke arah yang tidak diinginkan, akibat berhentinya gergaji pada saat pemotongan di tengah batang.
Sebagai asumsi berdasarkan data yang disajikan oleh Suharta dan Yuniwati, 2007 dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan 1 liter bensin maka penebangan dapat dilakukan selama lebih dari 2,5 jam. Hal ini didapat dengan membagikan nilai bahan bakar perliter dengan nilai bahan bakar per jamnya. Namun ha lain yang perlu diamati adalah diameter dan ukuran pohon. Sebagai cntoh jika pohon berdiameter 60 cm, dapat ditebang dengan menggukan chainsaw selama 30 menit, maka 1 liter bahan bakar dapat menebang pohon sebanyak 5 pohon dengan diameter yang sama. Namun, sebelum pohon kelima bahan bakar harus sudah ditambah sebagai pengganti nilai yang hilang. Nilai hilang dapat disebabkan karena perbedaan kerapatan pohon arah tajuk atau kondisi tajuk dan lingkungannya.


KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan
1. Chainsaw merupakan alat penebang pohon mekanis yang dapat digunakan secara aman jika operator mematuhi kaidah penggunaannya dan sebaliknya.
2. Sebelum melakukan penebangan perlu dilakukan pertimbangan biaya agar tidak terjadi nilai minus pada akhir perhitungan laba.
3. Chainsaw memiliki sperpat yang memiliki keunggulan masing-masing.
4. Mata gergaji memiliki bentuk yang berbeda dalam hal ini dikenal 3 jenis yaitu Lance Teeth, Peg Tooth dan Champion Tooth yang memiliki kegunaan yang hampir sama namun berbeda.


Saran
Sebelum mempergunakan alat ini sebaiknya operator memeriksa terlebih dahulu keadaan chainsaw untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 21. 1995. Penjualan, Pemilikan dan Penggunaan Gergaji Rantai. RGS Mitra. Jakarta.
Soenarso, R., Soewito, I., Sumantri dan Widodo. 1972. Penuntun Penggunaan Gergaji Mesin. Publikasi Khusus No. 10. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Sukanda dan Wesman E. 2008 Standarisasi Gergaji Rantai untuk Penebangan Pohon. Prosiding PPI Standarisasi 2008. Jakarta.
Suharta, S., dan Yuniwati. 2007.Pengaruh Teknik Penebangan, Sikap Tubuh Penebang, dan Kelerengan Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Kayu Mangium (Acacia mangium Wild). Peronema Forest Science Jornal.Departemen Kehutanan - Fakultas Pertanian - Universitas Sumatera Utara.
Yanri, Z., M. Yusuf, A. W. Ernawaty. 1998. Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan (Terjemahan Elias). International Labour Office. Geneva.
Wackherman, A. E. 1949. Harvesting Timber Crops. McGraw-Hill Book Company. Inc. New York.