Rabu, 24 Februari 2010

PEMBUATAN TRASE JALAN


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya pembangunan jalan Indonesia, terutama daerah-daerah, dikerjakan secara sederhana dengan menggunakan tenaga dan peralatan seadanya, sehingga jalan tersebut tergolong dalam konstruksi jalam merah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya:

      1. Biaya yang tersedia

      2. Peralatan yang ada

      3. Tenaga-tenaga ahli, terlatih dan terdidik

      4. Fasilitas labotatorium
Namun demikian hasilnya akan cukup memuaskan andaikata diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

        1. Memilih sistem konstruksi paling aman

        2. Memilih sistem pelaksanaan yang baik

        3. Selalu mengikuti perkembangan lalu lintas

        4. Mengadakan pemeliharaan yang intensif
(Soedarsono, 1987).
Penentuan lokasi jalan merpakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang dlakukan setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelumnya tahap perancangan (design) suatu jalan. Seorang perencana menetapkan kebutuhan akan jalan ddalam suatu daerah, sedangkan seorang ahli rekayasa jalan akan merancang secara terperinci bentuk jalan berdasarkan kondisi di lapangan dan dengan menggunakan standar-standar perencanaan titik-titik yang harus dihindari (milling point). Penentuan lokasi jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua titik yang harus dihubungkan dengan juga mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus dihindari. Koridor dapat didefinisikan sebagai bidang memanjang yang menghubungkan dua titik. Sedangkan trase jalan adalah seri dari garis-garis lurus yang merupakan rencana dalam sumbu jalan. Dalam penentuan lokasi jalan, terdapat dua kegiatan yaitu : Tahap pertama adalah studi penyuluhan untuk menentukan koridor yang memenuhi syarat dan Tahap kedua adalah meliputi suatu tinjauan yang lebih mendalam dari alternatif-alternatif koridor yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Hasil dari tahapan ini merupakan suatu rancangan dalam koridor terbaik (Budiman, 1996).
Jalan hutan berfungsi sebagai prasarana pengawasan., pengangkutan bibit, material dan hasil hutan. Dalam pemungutan hasil hutan sistem jaringan merupakan hasil dari pada ekonomi pemanenan hasil hutan. Praktek pembuatan jalan hutan dapat bervariasi dalam suatu tempat ke tempat lain bergantung dari banyak factor-faktor seperti keadaan medan kerja, peralatan yang digunakan, intensitas perlakuan terhadap jalan dan sebagainya yang perlu dalam pembuatan jalan ada keseimbangan kondisi kemiringan dan lebar. Jalan mempengaruhi kemampuan efektif truk angkutan selain itu bahwa belokan yang lebar dan pandangan pengemudi ke depan jauh sehingga dapat memperlancar kesiapan pengangkutan (Elias, 1995).
Kelengkapan jalan transportasi seringkali dapat dijadikan tolak ukur tingkat kemajuan suatu wilayah, yang paling jelas adalah bahwa semakin baik jaringan transportasi di suatu wilayah tersebut. Sesuai dengan perannya dalam pembangunan ekonomi, jaringan transportasi juga dapat menilai pembangunan, sehingga pembangunan jaringan transportasi, khususnya jalan mendapat perhatian yang cukup tinggi. Namun, seperti juga rencana pembangunan lainnya, pembangunan jaringan transportasi harus direncanakan secara baik dan salah satu aspek dalam merencanakan pembangunan jaringan transportasi adalah aspek rekayasa, khususnya rekayasa jalan (Mayer dan Gibson, 1984).
Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan tersebut dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada kegiatan lalu lintas sesuai dengan fungsinya. Ada 3 jenis klasifikasi dalam medan bidang kehutanan, yaitu datar, pembukitan dan pegunungan (Sunggono, 1984).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini pembuatan trase jalan ini adalah :

  1. Praktikan mengerti cara pembuatab trase jalan (garis rencana jalan)

  2. Praktikan mampu membuat trase jalan

  3. Praktikan dapat membuat persen masing-masing helling

TINJAUAN PUSTAKA
Penempatan titik kontrol untuk memperlihatkan sumbu route yang telah ditentukan diatas kertas hanya dengan garis-garis lurus adalah lokasi persilangan garis-garis lurus tersebut dan titik-titik perpanjangan garis lurus. Titik awal dan titik akhir suatu jalan raya dinyatakan hanya dengan garis-garis lurus yang ada pada titik silang. Titik-titik ini sebaiknya ditempatkan dengan triangulasi atau pengukuran jaring-jaring berdasarkan masing-masing titik kontrol pendahuluan yang berisikan route rencana, maka ditempatkan titik-titik pemanjangan garis lurus darimana kedua titik dapat dilihat (Gayo, 2005).
Proyek-proyek besar atau lokasi-lokasi tertentu,penentuan lokasi jalan memang pekerjaan yang rumit dan memerlukan bantuan dan ahli-ahli geotenik, ahli pengukuran, ahli lalu lintas, ahli ekonomi, ahli biaya aau lingkungan, ahli sosial dan sebagainya. Sementara itu pada rencana jalan yang pendek, seringkali tidak terdapat banyak altenatif koridor tersebut dengan skala 1:1000 atau 1:2000. Peta ini digolongkan sebagai peta jalur (trip) karena bentuknya berupa jalur. Lebar dari jalan yang dipetakan umumnya meliputi wilayah selebar 50 sampai 100 m. Gambar-gambar rancangan yang dipakai untuk konstruksi dibuat diatas peta jalan ini, sementara untuk daerah disekitar lokasi perpotongan dengan sungai dan pada daerah yang sulit umumnya digambar pada peta dengan skala yang lebih detail (Budiaman, 1996).
Pada perencanaan trase jalan hutan hal yang paling penting harus diperhatikan adalah persyaratan untuk teknik jalan hutan, yaitu kemiringan lapangan memanjang jalan tidak boleh melewati 12 %, sedapatnya lebih kecil dari 10 %. Semakin lurus jalan yang dibuat, maka biaya jalan akan semakin murah. Adanya pembatas-pembatas atau kendaraan di lapangan (misalnya kelerengan, tanah yang labil, tempat migrasi satwa dll) menyebabkan pembuatan jalan yang lurus tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Di hutan terdapat areal yang harus dihindari areal / kawasan tertentu yang dilindungi peraturan-peraturan perundang-undangan misalnya kawasan lindung, kanan-kiri sungai, mata air dan areal yang sangat curam. Pada jalan yang menanjak akan mempertingkat masa pakai / life time alat (misalnya masa pakai truk 10 tahun menjadi hanya 5 tahun). Jalan yang terlalu menanjak juga akan meningkatkan biaya operasional (biaya mesin, BBM(Bahan Bakar Minyak) atau oil, pemeliharaan dan perbaikan alat (Herwiyono, 1994).
Kegunaan dan pembuatan belokan / busur lingkaran di lapangan adalah untuk membuat jalan raya, jalan kreta api, salran air untuk pengairan dan sebagainya. Apabila route sebuah rencana jalan raya yang tergambar diatas kertas yang menurut rencana kerjanyaakan ditempatkan di lapangan, maka pengukuran-pengukuran serta hal-hal lain yang dibutuhkan untuk hal-hal ini adalah penempatan lokasi, titik silang dan titik-titik perpanjangan garis lurus ataupun titik belokan, sifat datar profil dan putaran melintang, serta pengukuran topografi. Penempatan titik-titik kontrol di lapangan untuk memperlihatkan sumber-sumber route yang telah ditentukan diatas kertas, masing-masing adalah titik awal dan akhir suatu rencana jalan raya. Pembuatan titik belokan ini sangat membantu si Pembuat jalan, karena apabila kita telah menentukan titik belokan pengukuran dibuat diatas kertas, maka si Pembuat jalan bisa dengan cepat membuat jalan tersebut (Simon, 1987).
Belokan diberi nama sesuai dengan panjang jari-jarinya. Lengkungan dapat juga diberi nama sesuai dengan derajat kelengkungannya yang didefinisikan sebagai banyaknya derajat yang berhadapan dengan pusat suatu bus, lengkungan melalui titik yang sudah diketahui. Bila menghadapi lengkungan yang panjang dan berjari-jari besar (lebih dari 100 m), pematokan harus dilakukan dengan menggunakan theodolit agar didapat ketelitian yang diinginkan. Lengkungan berjari-jari kecil dapat dipatok dengan cepat dan akurat harus dengan menggunakan pita ukur. Prosedur umumnya (perancangan lengkungan) dilakukan dengan sudut belokan. Lengkungan melingkari dipasang dengan sudu-sudut belokan yang penting dan tali busur, simpangan tangen, simpangan tali busur, dan koordinat tertentu (Meyor dan Gibson, 1984).
Dalam pembuatan trase jalan kereta api, jalan raya dan saluran air diperlakukan profil memanjang jalan yang dibuat pada sumbu atas jalan yang diperlukan untuk menghitung timbunan. Masalah pokok dalam pembuatan analisis penentuan distribusian adalah penentuan lokasi dari penstasiunan titik-titik profil keseimbangan antara galian sama dengan timbunan dengan penyusutan yang diperbolehkan. Pada pekerjaan membuat titik-titik keseimbangan (balance) yang utama di dapat dengan membuat titik-titik yang terpisah dari galian-galian dan timbunan-timbunan yang telah di koreksi titik keseimbangan ditentukan letaknya dimana kedau sub total adalah sama dengan nilai-nilai yang dimiliki titik koreksi (Kartasapoetra,1991).




METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Adapun Praktikum Keteknikan Hutan yang berjudul “Perencanaan Trase Jalan” dilaksanakan pada hari Rabu, 1 April 2009 pada pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di ruangan ruang 203 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :

  1. Peta kontur dengan skala 1:2000 sebagai peta yang akan dibuat penampang memanjang jalan.

  2. Buku data sebagai tempat mencatat data.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:

  1. Pensil, untuk membuat garis/jalan trase pada peta

  2. Penggaris, untuk mengukur panjang helling

  3. Busur, untuk mengukur sudut belokan

  4. Jangka, untuk membuat belokan pada peta

  5. Pena warna, untuk menandai trase jalan yang telah dibuat

  6. Kalkulator, untuk alat menghitung

  7. Penghapus, untuk menghapus garis
Prosedur Praktikum

  1. Ditentukan titik awal dan titik pasti

  2. Dari titik awal ditentukan titik profil (titik Bantu) dengan panjang garis lurus minimal 5 cm dan belokannya minimal 5 cm (di lapangan = 100 meter) dan untuk belokan sebesar 2,5 cm (50 meter di lapangan)

  3. Ditentukan helling garis lurus dan belokan:

    1. H
      Helling untuk daerah curam dan garis lurus curam ≤ 12%, sedangkan untuk daerah datar, landai, dan sedang ≤ 10%
      elling garis lurus
L = x 100%

    1. Helling garis belokan
L
Helling diperbolehkan ≤ 5%
= x 100%
X = x 2πr

  1. Jika % helling lebih besar dari yang ditentukan maka pembuatan titik profil harus diulangi lagi

  2. Dihubungkan titik-titk profil tersebut

  3. Digambarkan sketsa trase jalan

b


a

Gambar 2. Trase Jalan Lurus





1

2

a

3


Gambar 3. Belokan trase Jalan

  1. Dimasukkan ke dalam tabel seperti berikut:
Tabel 4. Pembuatan Trase Jalan
Nama Profil
Jarak Profil
ΔH Helling
Belokan/Lurus
Keterangan










HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 5. hasil perhitungan trase jalan
Nomor Profil
Jarak antar Profil
ΔH
Helling (%)
Luru / Belakan
Keterangan
A – 1
1 – 2
2 – 3
3 – 4

4 – 5
5 – 6

6 – 7
7 – 8

8 – 9
9 – 10
10 – 11
11 – 12
12 - 13
13 – 14
14 – 15

15 – 16

16 – 17
17 – 18
18 - B
100
100
60
50

60
50

100
62

100
100
100
100
80
20
52

40

100
100
60
7,55
7,40
6,92
2,54

5,83
2,80

5,63
2,16

7,29
9,00
7,20
5,54
7,00
0,00
3,78

2,00

11,00
10,00
1,50
7,55%
7,40%
6,92%
4,85%

5,83%
4,34%

5,63%
1,90%

7,29%
9,00%
7,20%
5,54%
8,75%
0,00%
4,97%

4,16%

11,00%
10,00%
1,50%
Lurus Lurus
Lurus
Belokan

Lurus
Belokan

Lurus
Belokan

Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Belokan

Belokan

Lurus
Lurus
Belokan



α = 300
R = 50

α = 750
R = 50

α = 520
R = 62






α = 820
R = 52
α = 700
R = 40


α = 750
R = 60


Pembahasan
Penempatan garis lurus pada peta seperti terlihat pada data di atas lebih banyak heling lurus dibanding belokan. Maka, dapat dinyatakan bahwa gambar pada peta atau penempatan titik awal dan akhir yang baik, hal ini menyebabkan adanya titik silang. Hal ini sesuai dengan literatur Gayo (2005) yang menyatakan bahwa Penempatan titik kontrol untuk memperlihatkan sumbu route yang telah ditentukan diatas kertas hanya dengan garis-garis lurus adalah lokasi persilangan garis-garis lurus tersebut dan titik-titik perpanjangan garis lurus. Titik awal dan titik akhir suatu jalan raya dinyatakan hanya dengan garis-garis lurus yang ada pada titik silang. Titik-titik ini sebaiknya ditempatkan dengan triangulasi atau pengukuran jaring-jaring berdasarkan masing-masing titik kontrol pendahuluan yang berisikan route rencana, maka ditempatkan titik-titik pemanjangan garis lurus darimana kedua titik dapat dilihat.
Dari praktikum yang kami lakukan didapat hasil pada tabel diperoleh suatu garis lurus dan belokan dalam pembuatan trase jalan pada peta kontar dengan skala 1:2000, pada pembuatan trase jalan ini terdapat 16 titik profil yang menghubungkan garis (titik A) dengan titik B tidak bertemu tetapi pada akhir titik tepat di atas titik B. Dari perencanaan trasse jalan ini terdapat tiga belokan dan tiga belas garis lurus. Dan enam belokan dengan nilai alpa dan jari-jari yang berbeda.
Dari hasil juga diketahui bahwa persen heling paling tinggi adalah 11% yaitu pada titik (16 – 17) dengan jaraknya 100 m dan DHnya 11, sedangkan persen (%) Helling paling rendah terdapat pada titik (13 – 14), dengan % Helling adalah 0,00% dengan nilai ΔH = 0,00 dan jarak antar profilnya adalah 20 m. Dari hasil ini juga diketahui bahwa pada tiap belokan didapat % Hellingnya hampir sama, belokan tertinggi 4,85% Hellingnya 4,97%, belokan terendah 1,90%. Pada dasarnya tinggi dan rendahnya persen Helling dipengaruhi oleh besarnya nilai ΔH, jarak antar profil dan besarnya α dan jari-jari (R) apabila pada belokan.
Dalam pembulatan trase jalan ini banyak ketentuan-ketentuan yang berlaku, misalnya untuk pembulatan Helling, untuk Helling garis lurus dengan rumus L = , Helling untuk daerah curam adalah ≤ 12%, untuk daerah datar, 1 andai dan sedang = 10%. Untuk Helling belokan dengan rumus L = Helling yang diperbolehkan ≤ 5%.
Pada pembuatan jalan lurus, jarak antara titik profil maksimal 5 cm dipeta dan berarti 100 m di lapangan, tetapi untuk minimalnya tidak ditentukan dengan pasti. Dalam pembulatan jalan haruslah diperhatikan dari segi ekonomi, dan factor pembangunan lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa pembangunan suatu jalan diusahakan seoperasional mungkin, dalam arti secara teknis memenuhi persyaratan dan secara ekonomi biaya pembangunannya, termasuk biaya pemeliharaan dan pengoperasionalnya. Serandah mungkin. Dalam pembuatan jalan ini untuk menghubungkan wilayah A dan B, menurut jumlah titik profil lebih banyak garis lurus dari pada belakan. Hal ini akan mengurangi biaya dalam pembuatan trase jalan.
Dalam perencanaan trase jalan, ada beberapa hal yang harus dapat dilakukan yaitu dalam pembutan belokan, ada banyak kegunaan pembuatan belokan diantaranya membuat jalan raya. Jalan kerata api, saluran air untuk pengairan. Dan apabila belokan telah dibuat dalam pembuatan trase jalan akan mempermudah dalam pembuatan trase jalan. Hal ini karena pembutan belokan sangat membantu si pembuat jalan karena pabila kita telah menentukan titik belokan diatas kertas, maka si pembuat jalan dengan cepat dapat membuat jalan tersebut.
Dalam pembukaan wilayah hutan untuk kegiatan pemanenan hasil hutan untuk mengangkut hasil tersebut perlu dibuat akses / jalan yang memungkinkan / baik untuk angkutan masuk dalam hutan sebagaimana kondisi hutan yang tidak seluruhnya datar yakni ada yang terjal, berlereng, berbatu-batu dan sangat curam, maka dalam pembuatan harus diperhatikan areal. Belokan ini terjadi karena ada beberapa hal, sesperti kalau kita teruskan profil garis lurusnya nantinya ada yang tegak lurus dengan kontur oleh karena itu harus dibuat belokan, selain itu untuk menghindari kontur yang terlalu rapat, kalau kita buat nanti garis lurus maka Hellingnya melebihi yang diperkenakan.









KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

  1. Dari hasil dapat diketahui bahwa persen Helling paling tinggi adalah 11%

  2. Dari hasil dapat diketahui pada pembuatan trase ini terdapat 6 belokan dan 13 garis lurus

  3. Semakin lurus jalan yang dibuat maka biayanya akan semakin murah

  4. Dari hasil dapat diketahui persen Helling lurus paling rendah adalah 0,00%

  5. Jarak antar profil paling diperbolehkan adalah 5 cm yaitu 100 m di lapangan

  6. Semakin banyak kantor yang dilewati maka % Hellingnya akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya

  7. Pada pembuatan trase jalan ini hal yang perlu diperhatikan adalah % Hellingnya

  8. Pada hasil diketahui bahwa % Helling terbesar untuk belokan 4,94%, belokan terendah 1,90%.

  9. Dari hasil diketahui bahwa α paling besar adalah 820 dengan jari-jari 62 m (3,1 cm dalam peta).
10.Dari hasil diketahui bahwa ΔH paling tinggi adalah 11 dan paling rendah adalah 0.

Saran
Diharapkan penyediaan pasilitas dalampraktikum agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar.


DAFTAR PEKERJAAN TANAH


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah galian akan dipakai dalam alur seluruh perjalanan pekerjaan tanah, alur galian ini dibuat jika jalan badan tanah cukup kuat atau tidak lagi menyusut atau berubah bentuk. Sebelum lapisan dasar dimulai, alur galian lebih dahulu digali, didalamnya tidak perlu digali penuh tetapi kira-kira setengah dari yang diperlukan. Tanah dan galian korekan dapat digunakan untuk meratakan bagian yang tidak merata. Setelah pekerjaan selesai, maka letak penggeseran harus sama tinggi dengan ketingian yang telah ditetapkan. Keadaan normal tanah menentukan pekerjaan tanah di lapangan, seperti:

  1. Tidak tergenang air atas dan air bawah

  2. Hampir tidak ada beban atas

  3. Tanah tidak diturunkan

  4. Tidak terjadi getaran kuat

  5. Sifat-sifat tanah tidak menurun selama terbentuk galian
Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan permukaan yang sudah teratur dan terakhir ditentukan oleh lorong sampling bahu bawah, jalur penengah dan selokan-selokan, drainase untuk kemudahan-kemudahan perhitungan dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil tiap petak stasiun penuh. Dari penampang melintang ditemukan luas galian dan timbunan yang akan dibuat pada jalan. Hampir dalam semua situasi permukaan tanah asli harus dibuang, bahkan untuk keadaan dimana permukaan akan ditingkatkan. Pada daerah timbunan tinggi, permukaan tanah asli biasanya tidak dibuang sebelum peningkatan permukaan tanah. Jika kurang dari dua meter, dan permukaan tanah asli tidak dibuang sebelum peningkatan permukaan tanah, akan banyak bahanya tumbuhnya tumbuhan pengganggu perusak jalan permukaan. Selain itu terdapat pula risikopembususkan dan lapisan tanah dasarnya, menjadi tidak stabil dikarenakan kadar humus tanah. Ketika permukaan tanah asli dilepas, tanah tersebut harus dikumpulkan dan ditumpuk pada suatu tempat agar nantinya dapat dipergunakan kembali setelah pekerjaan selesai. Tanah ini harus ditumpuk dan dibentuk agar tidak tergenang, dan perlu diperhatikan agar air tersebut tidak mengganggu drainase yang tidak terlalu berlebihan (Brinker dan Wolf, 1999).
Toleransi bangunan khususnya penyigian bangunan pada suatu waktu kajiannya akan terlibat dalam perluasan, perbaikan, perubahan atau pembongkaran bangunan yang ada. Penyigian harus mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang konstruksi bangunan dan harus memahami betul konstruksi fondasi, dinding penuh dan tidak penuh, lantai agar dapat menggambarkan suatu bangunan. Umumnya berbagai prinsip yang meliputi atau melalui pengukuran bangunan adalah yang digunakan dalam pengukuran luas tanah. Khususnya, prinsip pengukuran jarak adalah yang paling sering digunakan karena bangunan biasanya dapat diukur seluruhnya dengan menggunakan pita ukur (Irvine, 1995).
Penentuan pekerjaan kualitas tanah pada penempang melintang di kantor atau dilapangan yang diambil dengan metode tertentu merupakan dasarnya. Pada pekerjaan jalan raya atau biasa, penampang melintang adalah vertikal dan tegak lurus garis survei. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan permukaan yang sudah tentu berakhir oleh lereng permukaan asli dan permukaan sampling, bahu bawah, jalur penengah dan selokan-selokan, drainase untuk kemudahan-kemudahan perhitungan dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil tiap petak stasiun penuh. Dari penampang melintang ditemukan luas galian dan timbunan yang akan dibuat pada jalan. Hampir dalam semua situasi permukaan tanah asli harus dibuang, bahkan untuk keadaan dimana permukaan akan ditingkatkan (Wonsotjitro, 1980).
Penggalian merupakan suatu proses pelepasan dan penyingkiran tanah atau batu dari tempatnya semula didalam penggalian pengukurannya timbunan atau tumpukan material. Pemilihan alat yang digunakan berdasarkan pada sifat alami materialnya haruslah dipindahkan dengan metode pembuangannya. Timbunan menggambarkan tanah yang ditimbunkan di atas tempat-tempat tertentu yang memiliki topografi rendah (Suripin, 2004).

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Keteknikan Hutan yang berjudul Daftar Pekerjaan Tanah ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk menentukan volume timbunan dan galian dari suatu penamapang melintang jalan.

  2. Untuk mengetahui luas penampang galian timbunan.









TINJAUAN PUSTAKA

Ketika melakukan perencanan dan pembangunan penting untuk mengetahui keadaan tanahnya, ditinjau dari segi mekanika tanah dan untuk menjamin kestabilan dalam menahan gaya luar yang bekerja padanya. Untuk keperluan tersebut perlu diketahui beberapa penjelasan seperti ciri-ciri topografi di lapangan, dimana dengan mengadakan penyelidikan yang menyeluruh atas ciri-ciri topografis di sekitar lokasi, maka tinggi rendah dan dalamnya dasar sungai laut dapat diketahui (Husny, 1974).
Pembuatan jalan timbunan baik digunakan dengan menyebarkan material timbunan dalam lapisan-lapisan yang relatif tipis dan memadatkannya pada suatu kadar air yang mendekati optimum. Perbaikan yang besar dapat terjadi karena kepadatan (density) yang lebih besar yang dicapai yang menyebabkan kekuatan yang lebih tinggi pada masa tanah dan menghasilkan penurunan dan penggoresan permukaan tanah yang lebih sedikit. Konstruksi lapisan juga menghasilkan keragaman yang tinggi dari material itu sendiri, dan kerapatan serta kadar airnya. Ini sangat bermanfaat karena konstruksi atau pemuaian berikutnya akan relatif sama. Sebaliknya pada timbunan yang dibuat dengan endaroping atau dengan memadatkan tanah dengan lapisan-lapisan yang tebal, material, kecepatan dan kadar air akan sangat bervariasi pada tiap-tiap titik. Perubahan volume akan menjadi tidak sama dan atau mengakibatkan penurunan atau pemuaian di tempat-tempat yang bersebelahan. Terdapat dua pengawasan yang berbeda secara mendasar untuk menjamin suatu kerapatan timbunan jalan yang ditentukan. Secara teoritis pengawasan-pengawasan yang mudah dilakukan ternyata banyak masalah yang timbul (Suripi, 2004).
Permeabilitas yang terdalam tinggi atau sifat yang lain, yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk keperluan sesuatu proyek pembangunan, maka tanah tersebut perlu distabilkan. Stabilisasi dapat terdiri dari salah satu tidakan berikut, yaitu meningkatkan kerapatan tanah, mengubah material yang tidak aktif sehingga mengakibatkan tahapan gesek yang timbul ke permukaan, menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau fisis tanah, menurunkan muka air tanah, dan megganti tanah yang buruk. Setiap permukaan fisis atau teknis pada masa tanah akan membutuhkan penyelidikan dan alternatif-alternatif ekonomis seperti relokasi terdapat pada bangunan atau menggunakan bangunan alternatif khusus bendungan , timbunan, tanggul dan timbunan lainya, dimana bahan yang tidak tersedia tidak cukup pengunaannya yang efektif dan yang tersedia dalam penggantian akan fungsi struktur tanah dan mekanika tanah yang menghasilkan penyelesaian yang memuaskan apabila menggunakan pembangunan yang terbagi atas beberapa zona (Mayer dan Gibson, 1984).
Dalam proses penimbunan atau pengukuran dilakukan dari tahap-tahap tembok-tembok penutup dilakukan secara berlapis. Lapisan-lapisan itu harus dibuat miring, sehingga tebal setinggi-tingginya setebal 25 cm. Tanah galian yang harus dipakai harus dibersihkan dahulu dari bagian-bagian lain dan dibersihkan. Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang berlangsung tersedia di lapangan dan dapat digunakan secara ekonomis. Bendungan, jalan raya, rel kereta api merupakan pemakaian tanah yang ekonomis, walaupun demikian sama halnya dengan penggunaan bahan konstruksi lain. Tanah yang dipakai harus melalui proses pengendalian mutu. Apabila tanah ditimbun secara sembarangan, hasilnya akan merupakan timbunan dengan berat isi yang rendah dan akan mengakibatkan stabilitas yang rendah pula (Sutanto dan Sudharta, 1992).
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah didasaran pada penampang melintang di kantor atau di lapangan yang diambil dengan cara tertentu. Pada pekerjaan jalan raya dan jalan baja, penampang melintang adalah tegak lurus pada garis sumbu yang sesuai. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan permukaan yang sudah teratur, yang terakhir ditentukan oleh lereng sampling, berbatu-batu, lapisan bawah tanah, jalur penengah dan selokan-selokan drainase. Untuk kemudian hitungan pekerjaan tanah, penampang melintang biasanya diambil setiap stasiun penuh atau setengah stasiun pada garis sumbu yang sesuai, juga diambil titik kelainan penting yang dijumpai dalam topografi. Bila bahan granding sangat berat atau harga satuan sangat tinggi, seperti galian cadas, penampang melintang diambil dengan selang-selang yang berdekatan. Bila transisi diantara galian dan timbunan berada pada sesi berikut, sebanyak lima penampang melintang mungkin diperlukan (Mayer dan Gibson, 1984).

Selasa, 23 Februari 2010

SURVEI SOSIAL MASYARAKAT PRA


SURVEI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PRA

Hutan Mangrove
Metode Praktik
Hutan mangrove yang masih tersisa di Pulau Sembilan termasuk dalam hutan sekunder. Hutan yang masih tersisa tidak termasuk dalam kawasan hutan negara, melainkan lahan milik masyarakat.
Adapun praktek ini dilaksanakan pada hari selasa, 16 Juni 2009 yang bertempat di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Ini merupakan suatu kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan pada tahun 2009.
Adapun metode praktik yang digunakan dalam pengamatan sosial ekonomi mayarakat Hutan Pegunungan adalah metode pendekatan dan mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat serta berinteraksi dengan masyarakat secara langsung.

Hasil
Hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara adalah :
I.Nama : Arpan Nainggolan
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Nelayan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Batak
Jumlah anak : -
Pekerjaan sampingan : -
Pendapatan : Rp. 10.000 – Rp. 15.000 per hari
Pengeluaran : Rp. 10.000 – Rp. 15.000 per hari
Orang tua Arpan merupakan salah satu keturunan masyarakat yang terlebih dahulu menetap di daerah Pulau Sembilan sejak dulu. Menurutnya pembalakan yang ia lakukan hanyalah untuk mencukupi kehidupan keluarganya dan tidak bertujuan untuk komersial apalagi dalam rangka perusakan hutan. Daerah Dusun IV yang ia tinggali merupakan suatu kawasan yang berpotensi untuk dijadikan tempat pariwisata. Tanaman yang sering dibudidayakan oleh masyarakat di daerah Pulau Sembilan adalah tanaman padi (Oryza sativa). Di daerah pulau sembilan ini terdapar pusat kesehatan yang cukup memadai.

II.Nama : Rotiah
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Jumlah anak : 3 anak (3 Laki-laki)
Pekerjaan sampingan : -
Pendapatan : Rp. 10.000 – Rp. 15.000 per hari
Pengeluaran : Rp. 10.000 – Rp. 15.000 per hari
Menurut ibu Rotiah kondisi pulau ini adalah pulau yang dikelilingi oleh hutan mangrove, dimana pada saat sekarang ini sudah mengalami kerusakan yang parah. Pembukaan hutan mangrove menjadi lahan yang diusahakan oleh masyarakat hendaknya harus memiliki izin dari pemerintahan setempat. Hasil-hasil usaha masyarakat melalui jasa hutan mangrove hanya untuk dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah Pulau Sembilan saja dan jarang untuk dibawa keluar pulau. Untuk tingkat pendidikan di Pulau Sembilan ini cukup memperhatinkan, hal ini disebabkan di daerah ini hanya terdapat tingkat pendidikan sekolah dasar, sehingga apabila ingin melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi harus melanjutkannya di luar pulau ini. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat di daerah Pulau Sembilan ini adalah tamatan Sekolah Dasar. Di daerah Pulau Sembilan ini untuk mendapatkan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu sangat diberi kemudahan.
III.Nama : Rubiah
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Batak
Jumlah anak : 3 Orang (3 Perempuan)
Pekerjaan sampingan : -
Pendapatan : Rp. 300.000 – Rp. 400.000 per hari
Pengeluaran : Rp. 1.500.000 per Bulan
Ibu Rubiah ini merupakan warga pendatang dari daerah Indrapura yang menjadi daerah asal orangtuanya. Menurutnya, hutan mangrove yang ada di sekitar pulau Sembilan ini banyak mengalami kerusakan akibat pertambakan-pertambakan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, sehingga pemberian izin oleh pemerintah mengenai pertambakan harus memiliki kriteria yang lebih ketat lagi. Adapun jenis-jenis binatang yang sering diusahakan oleh masyarakat untuk dilakukan pertambakan ialah ikan mujair dan kepiting. Daerah Tanjung Apek merupakan salah satu daerah yang telah menjadi kawasan wisata bagi masyarakat sekitar. Untuk permasalahan kesehatan, harus ditambahnya tenaga medis agar pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan lebih baik.

IV.Nama : Nazarudin
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Banjar
Jumlah anak : 2 Orang (2 Laki-laki)
Pekerjaan sampingan : Nelayan
Pendapatan : Rp. 1.000.000 per bulan
Pengeluaran : Rp. 1.000.000 per bulan
Menurut Bapak Nazarudin dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini, tidak ada kegiatan penghijauan yang dilakukan secara maksimal. Menurutnya jumlah kepala keluarga disini adalah 500 kepala keluarga. Hutan yang berada di daerah Pulau Sembilan ini termasuk hutan sekunder, hal ini disebabkan hutan ini telah banyak mengalami gangguan-gangguan dari masyarakat sekitar. Masyarakat memanfaatkan hutan ini sebagai kayu bakar dan tiang rumah. Jenis-jenis satwa yang ada di daerah hutan Pulau Sembilan ini adalah bangau, ular tudung api, ular bakau dan berbagai satwa lainnya. Untuk kegiatan pertanian di daerah Pulau Sembiloan sedikit terhambat, hal ini dikarenakan kurang tersedianya suplai pupuk. Tanaman pertanian yang diusahakan oleh masyarakat adalah tanaman padi. Rumah sakit di Pulau Sembilan ini belum ada namun untuk poliklinik telah dibangun dan penanganan pihak poliklinik sudah dikatakan bagus.
V.Nama : Musak
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Melayu Deli
Jumlah anak : 2 Orang (1 Laki-laki dan 1 Perempuan)
Pekerjaan sampingan : Berladang
Pendapatan : Rp. 800.000 per bulan
Pengeluaran : Rp. 800.000 per bulan
Bapak Musak berpendapat bahwa masyarakat di sekitar hutan mangrove ini tidak dapat menjaga kawasan tersebut dari perambahan liar, hal ini dibuktikan dengan banyaknya terjadi pencurian kayu oleh pihak luar pulau di daerah Sungai Diur. Pertambakn yang dilakukan oleh masyarakat juga menjadi salah satu masalah yang harus diselesaikan, pertambakan ini dapat menyebabkan pembukan areal hutan mangrove akan semakin meluas. Penduduk di daerah Pulau Sembilan ini didomonasi oleh suku Melayu Deli. Masyarakat di pulau ini umumnya memiliki pekerjaan sebagai petani dan nelayan. Untuk hukum yang berlaku mengenai tindakan perambahan hutan yang terjadi adalah hukum pemerintah, dan tidak ada hukum adat yang mengtur mengenai tindakan perambahan hutan.

Pembahasan
Sebagian besar masyarakat di Desa Pulau Sembilan mata pencahariannya adalah Nelayan dan hasil tambak, sehingga mereka menganggap bahwa tidak ada yang dapat dimanfaatkan dari hutan mangrove selain sebagai kayu bakar. Masyarakat yang tinggal di Desa ini, sebagiannya mengambil kayu bakar dari hutan untuk keperluan energi rumah tangga sehari-hari. Pengumpulan kayu bakar dilakukan oleh Ayah dan Ibu atau anak-anak. Hasil wawancara menunjukkan bahwa hanya sebagian masyarakat saja yang dapat menikmati manfaat hutan mangrove terutama yang memiliki lahan di daerah hutan mangrove tersebut.
Banyak dari masyarakat yang kurang mengerti tentang arti penting hutan mangrove, walaupun ia sudah tinggal cukup lama di desa tersebut. Sebagian dari masyarakat ada yang memberikan komentar tentang keadaan hutan mangrove yang cukup memprihatinkan karena kurangnya perawatan dan adanya pencuri-pencuri kayu bakau dari hutan mangrove yang mengakibatkan mulai gundulnya hutan mangrove tersebut.
Sebelumnya ada program penghijauan yang dilakukan oleh pemerintah namun karena kondisi ekonomi masyarakat yang lemah, maka program ini tidak berjalan dengan semestinya. Sebelumnya juga penanaman bibit yang dilakukan di hutan mangrove kini hanya tinggal 30-40% saja yang tersisa. Ada beberapa warga yang mengaku bahwa perambahan hutan mangrove dilakukan oleh orang yang penting di desa tersebut. Tidak hanya itu, ada juga warga yang mengaku bahwa ia mengambil kayu tersebut kemudian dijual keluar sebagai tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selain dari mata pencahariannya yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Melalui kegiatan penyuluhan ini, diharapkan masyarakat lebih mengerti dan dapat memahami fungsi dan peranan hutan mangrove sesungguhnya, baik secara ekologis maupun secara ekonomi sehingga masyarakat mempunyai keinginan untuk ikut berperan dalam menjaga kelestarian hutan mangrove.

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari kegiatan survey social ekonomi masyarakat di daerah sekitar hutan mangrove adalah :

  1. Masyarakat yang berada di sekitar hutan mangrove pada Pulau Sembilan umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan petani.

  2. Tingkat pengajaran terhadap masyarakat di daerah Pulau Sembilan hanyalah sampai tingkat pendidikan Sekolah Dasar.

  3. Pulau Sembilan adalah sebuah pulau yang dikelilingi oleh hutan mangrove.

  4. Tindakan pertambakan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sangat dikhawatirkan dapat mempersempit luasan hutan mangrove yang ada pada Pulau Sembilan.

  5. Tingkat kesehatan masyarakat di daerah Pulau Sembilan dapat dikatakan sudah sangat baik, hal ini ditunjukkan oleh perhatian pihak tenaga medis yang begitu besar kepada masyarakat.