Selasa, 06 April 2010

BIODEGRADASI KAYU

PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Indonesia diketahui mempunyai sekitar 120,35 juta ha hutan tropis, yang paling besar nomor dua di dunia yang meliputi sekitar sepuluh persen hutan tropis dunia. Indonesia juga dikenal sebagai negara biodiversity. Indonesia mempunyai  tidak kurang dari 4000 jenis kayu yang terbesar disepanjang hutan, namun dari jumlah itu tidak lebih dari 200 jenis kayu telah dikenal secara komersial diperdagangkan selama ini.
            Saat ini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya bahwa harga kayu semakin mahal. Kenaikan harga kayu atau produk olahan kayu mungkin dirasakan sebagai suatu  yang wajar karena banyak faktor yang terlibat yang mendukung meningkatnya harga produk tersebut. Walaupun hal tersebut dapat diterima, tetapi dapat dimengerti pula bahwa pasokan kayu memang semakin menurun karena jenis kayu komersial produksi hutan alam semakin habis dan belum dapat diganti sepenuhnya dengan hutan produksi hutan tanaman. Akibatnya pasokan kayu akan berubah dari jenis komersial ke jenis non komersial atau jenis kayu tak dikenal (Lesser know spesies) produksi hutan alam atau hutan sekunder serta jenis kayu yang ditanam oleh rakyat sebagai produk hutan rakyat.
            Di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa 80 – 85 % kayu Indonesia mempunyai keawetan yang rendah (kelas III – IV). Dengan kata lain sebagian besar jenis kayu tersebut mudah terserang berbagai jenis organisme perusak kayu.kenyataan ini ditunjang pula oleh letak geogarfis Indonesia di khatulistiwa dengan iklim tropisnya yang memungkinkan hadirnya berbagai jenis organisme perusak kayu seperti rayap, bubuk kayu kering, jamur pelapuk. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa ancaman kerusakan kayu di Indonesia sangan besar.
            Tidak ada alasan untuk dapat menghindari terjadinya proses kemunduran kayu dalam suatu bangunan dimana penyebab-penyebabnya dapat diatasi atau dikendalikan. Kayu yang digunakan diluar atap berhubungan langsung dengan tanah atau air laut akhirnya akan membusuk atau diserang oleh pengebor-pengebor laut atau serangga. Tetapi umur pakainya dapat sangat diperpanjang dengan perlakuan tepat. Untuk menghindari kemunduran dalam bangunan-bangunan atau untuk memperpanjang umur bahan-bahan kayu yang digunakan dibawah kondisi-kondisi yang berat, mereka yang menggunakan produk-produk kayu harus memahami kondisi-kondisi yang dapat berkembangnya kemunduran dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
            Agen-agen biologis adalah penyebab utama kerusakan kayu, akibat dari cendawan yang menyebabkan noda, pelunakan dan pembusukan; pengebor-pengebor laut, terutama cacing-cacing laut dan kerang-kerang laut kecil; serangga termasuk rayap, semut kayu; berbagai kumbang pengebor kayu; dan bekteri yang menyebabkan pelapukan pada kayu yang apabila lama terendam oleh air.
           
Tujuan
            Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah :
  1. Untuk mengetahui faktor-faktor perusak kayu.
  2. Untuk mengetahui ciri-ciri kayu yang diserang oleh organisme perusak kayu.
  3. Untuk mengetahui jenis-jenis organisme yang merusak kayu.



TINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia kelompok serangga perusak kayu adalah utama. Kerugian akibat serangan rayap tidak kecil, binatang kecil yang tergolong  kedalam serangga sosial ini, mampu menghancurkan bangunan yang berukuran  besar dan mengakibatkan kerugian besar pula (Tambunan dan Nandika, 1989).  Hunt dan Garrat (1988) menyatakan organisme perusak kayu ini menyerang beraneka ragam kayu  bangunan, seperti tiang-tiang, tonggak-tonggak penyangga, tiang penguat tambang, menara pengebor minyak, kayu jembatan. Karena kayu dan tanaman mengandung selulosa yang tinggi, kedua tanaman tersebut selalu menjadi mangsa rayap yang utama (Nicholas, 1987).  Tambunan dan Nandika (1989) menyatakan bagian tanaman kayu yang lapuk  dan tanah yang berhumus merupakan makanan menarik bagi organisme perusak kayu. Hunt dan  Garrat (1986) menyatakan dalam keadaan terpaksa kulit atau plastik dapat diserang pula oleh serangga ini. Tambunan dan Nandika (1989) menyatakan organisme adalah penghuni utama  dari daerah berhutan, yang memperoleh sebagian besar dari makanannya dari  pohon-pohon yang tumbang dan cabang, serta dan tunggak dan akar-akar yang  mati. Haygreen dan BoVvyer (1993) menyatakan rayap memakai kayu dari dalam  tanah atau lorong-lorong pelindung yang dibangunnya sebagai alat untuk mencapai kayu.

Organisme Perusak Kayu
Kayu hilang digunakan pada bangunan lama kelamaan akan rusak, apalagi bila digunakan di luar dan bahkan bila berhubungan langsung dengan tanah lembab. Faktor perusak kayu dapat digolongkan menjadi dUB, yaitu faktor non biologis dan faktor biologis. Faktor perusak non biologis antara lain faktor mekanis, udara, cahaya, angin, air, suhu, alkali, asam, garam dan bahan kimia lainnya. Faktor perusak biologis (organisme perusak) sangat beragam, yang terpenting menurut Martawijaya dan Supriana (1973) ; Supriana dan Martawijaya (1976), sebagai berikut :


a. Jamur Pelapuk Kayu
Jamur ini berasal dari kelas Basidiomycetes, mempunyai kemampuan untuk merombak selulosa dan lignin .yang menjadi komponen utama dinding sel kayu, sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang. Beberapa jenis jamur hanya merombak selulosa, sehinga warna kayu berubah coklat dan disebut brown rot. Jenis lainnya merombak selulosa dan lignin, sehingga warna kayu menjadi putih pucat dan disebut white rot. Sifat mekanis kayu seperti keteguhan pukul, keteguhan lentur, keteguhan tekan, kekerasan dan elastisitas akan berkurang bila terserang jamur pelapuk kayu. Pada umumnya jamur brown rot lebih cepat menurunkan kekuatan kayu daripada white rot. 



b. Jamur Pelunak Kayu
Golongan jamur ini berasal dari kelas Ascomycetes dan terutama menyerang kayu yang berhubungan dengan tanah atau air. Jamur pelunak kayu hanya menyerang apisan tengahnya saja (middle lamela). Salah satu jenis yang terkenal dan terdapat dimana-mana adalah Chaetomium globosum.
c. Jamur Pewarna Kayu
Jamur pewarna kayu berasal dari kelas Ascomycetes dan dapat menimbulkan pewarna pada kayu yang masih basah. Jamur ini tidak merombak dinding sel dan hidup dari zat pengisi sel, sehingga tidak menurunkan kekuatan kayu. Namun dapat merugikan karena pewarnaan pada kayu menyebabkan penurunan kualitas kayu. Jamur pewarna kayu yang terdapat di daerah tropis antara lain jenis jamur yang termasuk jenis Cerotocystis dan Diplodia.


d. Rayap Kayu Kering
Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga. Hampir semua jenis kayu yang ringan dan tidak awet diserang, bahkan bahan lain yang mengandung selulosa seperti kertas dan kain dapat diserangnya juga. Serangan rayap ini mudah kelihatan dari luar, kayu yang diserang kelihatannya dari luar masih utuh, meskipun bagian dalamnya sudah berlubang-lubang atau rusak sama sekali. Adanya kotoran yang berbentuk butiran halus merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering. Jenis yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah : Cryptotermes cynocephalus 
e. Rayap Tanah
Rayap tanah terdapat dua famili, yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan tanah, tetapi kayu yang tidak langsung berhubungan dengan tanah pun dapat diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Salah satu jenis yang termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae adalah Coptotermes yang banyak merusak kayu, seperti pagar, tiang listrik dan kayu perumahan. Famili Termitidae dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat membangun bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air.

            f. Bubuk Kayu Kering
Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama dari famili Lytidae, Bostrychidae, Cerambicidae dan Anobiidae. Biasanya menyerang kayu yang sudah kering seperti mebel, kayu lapis atau tripleks, dan bagian-bagian rumah. Jenis kayu yang banyak mengandung zat tepung mudah diserang serangga ini. Serangan bubuk kayu kering dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan. Jenis bubuk kayu kering yang lazim terdapat di Indonesia adalah antara lain Lyctus brunneus Steph, Minthea rugicollis, Heterobostrychus aequalis Wall, Oinoderus minutus.
g. Bubuk Kayu Basah
Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama d~ui tamili Scolytidae dan Platypodidae. Pada umumnya menyerang kayu basah .yang baru ditebang dan mengakibatkan penurunan kualitas kayu. Jenis-jenis yang terpenting antara lain berasal dari genus Xyleborus, Arixyleborus, Platipus dan Diapus.
h. Binatang Laut
Kayu yang digunakan di tempat yang berhubungan dengan air laut banyak dirusak oleh binatang laut yang pada umumnya termasuk ke dalam kelas Mollusca dan Crustacea. Dari kedua kelas tersebut yang terpenting diantaranya berasal dari genus Teredo, Bankia, Martesia, Sphaeroma dan Chelura.


Rayap
Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Apabila rayap tidak berada didalam koloninya, maka rayap tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk hidup lebih lama. Dalam koloni, rayap terbagi berdasarkan spesialisasi atau kasta yang masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda dalam kehidupannya, antara lain :
  1. Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya  tak sepenting ratu jika dibandingkan dengan lamanya ia bertugas karena dengan sekali kawin, betina dapat menghasikan ribuan telur; lagipula sperma dapat disimpan oleh betina dalam kantong khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak diperlukan kopulasi berulang-ulang. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk "ratu" atau "raja" baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.
  2. Kasta prajurit. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut  (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldogtugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan  Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (p. makro) dan prajurit kecil (p. mikro)
  3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan -- membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri. Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap. 
Rayap Tanah
Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya. 
Keragaman jenis rayap yang menyerang kayu maupun yang menyerang bangunan. Rayap tanah Coptotermes merupakan jenis yang paling mampu beradaptasi di dalam lingkungan permukiman yang menjadi habitat manusia termasuk menyesuaikan terhadap kondisi lingkungan mikro di dalam bangunan. Oleh karena itu rayap jenis ini paling sering dijumpai menyerang bangunan dan bahkan mampu membuat sarang- sarang antara didalamnya (secondary nest) pada tempat-tempat yang tidak secara langsung berhubungan dengan tanah. Di samping itu kemampuannya dalam menyerang bangunan ditunjang oleh kemampuan jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horisontal maupun vertikal dan ukuran populasinya yang besar.
Kehadiran rayap Coptotermes pads bangunan maupun di lingkungan permukiman merupakan indikasi bahaya rayap yang potensial atau hama bangunan yang utama, karena mampu menyerang bagian-bagian komponen bangunan yang tinggi seperti rangka atap dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Jenis rayap tanah yang lain dan menyerang kayu pada bangunan adalah Macrotermes, Microtermes dan Odontotermes. Sedangkan yang dijumpai di sekitar bangunan yang menyerang tanaman pagar adalah Nasutitermes.
Rayap ini ditemukan pada bangunan atau rumah yang mempunyai halaman pekarangan dan pagarnya dari tanaman hidup. Rayap tanah Macrotermes merupakan hama bangunan sekunder, hanya mampu menyerang bagian-bagian komponen bangunan yang rendah seperti kusen pintu maupun jendela dan tidak menyerang struktur atap. Di sekitar bangunan lebih berperan sebagai hama tanaman. Rayap  microtermes sangat jarang menyerang bangunan dan lebih berperan sebagai hama tanaman dan dekomposer. Rayap tanah Odontotermes sangat jarang menyerang bangunan dan lebih berperan sebagai hama tanaman atau dekomposer. Rayap Nasutitermes bukan merupakan hama bangunan dan lebih berperan sebagai dekomposer.
Keberadaan rayap Macrotermes, Microtermes, Odnntotermes dan Nasutitermes di sekitar bangunan seringkali berperan sebagai decomposer, sehingga perlindungan bangunan yang memadai dengan pengawetan kayu akan menghindarkan serangan dari jenis-jenis rayap tersebut. Rayap Cryptotermes bersarang didalam kayu dan mudah dikenali serangannya dengan adanya butiran-butiran kecil yang merupakan kotoran rayap tersebut
Rayap Tanah Kering
Cryptotermes spp. (famili Kalo­termitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering. Kumbang yang paling sering merusak kayu kering adalah Anobium functatum, Hylotrupes bajulus, Lyctus sp., khususnya L. brunneus dan L. africarnus dan Xestobium rufovillosum yang merupakan anggota  dari famili Anobiidae, Cerambydae dan Lyctidae.
Untuk jenis Anobium functatum dan Xestobium rufovillosum memperlihatkan  tersebar luas di zona temperate dimana Anobidae lainnya lebih terbatas  penyebarannya. Penyebaran yang sangat luas dan  menyerang umumnya kayu daun lebar. Di negara-negara tropis, jumlah spesies Bostrychid cukup banyak, termasuk Bostrycus capucinus, Dinoderus minitus, Heterobostrychus dan H. aequalis  Sinoxylon anale merupakan hama kayu kering, walaupun dari hasil survey juga menyerang kayu segar.
Rayap Kayu Basah / Lembab
Rayap kayu lembab menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae)

Bakteri Perusak Kayu
Bakteri adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yang tidak berhijau daun.  Oleh karena itu untuk hidupnya memerlukan bahan-bahan organik yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau. Jasad renik ini mempunyai kemampuan khusus  untuk berkembang pada liungkungan yang kurang oksigen. Beberapa jenis diantaranya bahkan dapat hidup secara anaerobik. Knuht (1969) dalam penelitiannya terhadap bahan-bahan dari kayu, telah  menemukan 198 jenis bakteri pada berbagai jenis kayu. Diantaranya dari genus  Bacillus, Aerobacter, dan pseudomonas yang biasanya hidup didalam tanah dan  air (Tambunan dan Nandika, 1989). Nicholas (1987) menyatakan bakteri ini masuk kedalam kayu bagian dalam dengan jalan menembus sel yang satu ke sel  yang lainnya melalui noktah sel, setelah penghancuran membran sel.
Serangan bakteri terhadap kayu biasanya terjadi bersama-sama dengan  jamur (Tambunan dan Nandika, 1989). Hunt dan Garrat (1986) menyatakan kedua jenis jasad renik tersebut kemungkinan bekerjasama dalam penghancuran  kayu secara biologis. Bakteri mempunyai kemampuan dalam merusak selulosa  kayu dan juga mampu merusak jaringan-jaringan berlignin jika kondisi lingkunagan memungkinkan. Kayu yang diserang oleh bakteri akan banyak menyerap air dan kekuatan  kayu akan berkurang. Pada prinsipnya serangan bakteri menyebabkan daya ahorsi pada kayu menjadi tidak normal karena rusaknya membran noktah dari  sel-sel (Tambunan dan Nandika, 1989)

Kumbang Bubuk Kering Kayu
Beberapa serangga menghasilkan apa yang disebut cacat bubuk kayu.  Larva dari serangga-serangga ini menggali dalam kayu untuk mendapatkan makanan dan berlindung, dan meninggalkan bagian-bagian kayu yang tidak dicerna dalam bentuk bubuk-bubuk halus (Hunt dan Garrat, 1986). Tambunan  dan Nandika (1989) menyatakan jika kayu yang terserang digerakkan atau digoyangkan, sisa yang berbentuk bubuk ini keluar dari lubang-lubang yang  dibuat pada permukaan kayu oleh kumbang dewasa yang bersayap ketika mereka muncul untuk meluaskan serangan. Larva-larva menggerogoti kayu dalam bentuk tak beraturan dan kerap kali berupa saluran-saluran yang besar  dan jika serangan hebat biasanya hanya tinggal sedikit kayu yang sehat sebagai  lapisan luar yang tipis, yang mungkin mudah dihancurkan.
Diantara serangga bubuk kayu yang sangat penting dari segi pengaruh  dan besarnya kerusakan, adalah kumbang Lyctus. Serangga-serangga ini hanya  menyerang kayu daun lebar denga diameter pembuluh yang sangat besar untuk  menerima telurnya. Kepekaan kayu terhadap serangan ini ditujukan oleh kadar patinya, karena pari adalah zat makanan pokok bagi Lyctus (Hunt dan Garrat, 1986). Papan, mebel, kayu bangunan, kayu perkakas dan lain-lain produk yang  dibuat dari kayu gubal kerap kali rusak berat dan kayu-kayu yang disimpan untuk  waktu yang lama mungkin begitu rusak sehingga praktis tak dapat digunakan.  Haygreen dan Bowyer (1993) menyatakan berhati-hatilah untuk menghindari pemasangan kayu gergajian yang telah diserang oleh kumbang bubuk kedalam  suatu bangunan kayu atau pada suatu lapangan penyimpanan kayu bulat.
Hama kumbang Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera:Curculionidae) merupakan salah satu hama penting yang dominan menyerang biji jagung dan sorgum pada periode penyimpanan. Hama ini menyerang dengan merusak biji, menggerek dan melubangi biji dan meninggalkan sisa-sisa gerekan berupakan bubuk (Melchor,1981; Mangundihardjo,1978).
      Penurunan berat akibat serangan hama ini sangat drastis bahwa kehilangan hasil akibat infestasi hama ini dapat mencapai 9,6-20,2% pada periode penyimpanan yang berkaitan dengan hama kumbang bubuk pada komiditi jagung dan sorgum sudah cukup banyak. Akan tetapi upaya pemanfaatannya masih belum nampak, padahal hasil-hasil tersebut mempunyai muatan informasi yang penting dalam merangcang strategi pengendalian. Oleh sebab itu, makalah ini mencoba melakukan telaah hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan teknologi yang berbasis pada kajian genotipe tanaman dan teknologi yang berkaitan dengan hubungan serangga dengan lingkungan (fenotipe).
Jenis-jenis binatang yang biasa menyebabkan kerusakan pada kayu didalam lingkungan air laut pada umumnya disebut marine borres atau binatang  laut. Binatang laut ini hidup tersebar hampir diseluruh bagian dunia, tetapi kerusakan yang besar terutama didaerah-daerah berair hangat (Tambunan dan  Nandika, 1989). Nicholas (1987) menyatakan kerugian akibat serangan-serangannya  cukup besar. Sebagai contoh, didaerah pantai Amerika setiap tahunnya menderita kerugian yang ditaksir $ 50 juta setiap tahunnya akibat serangan jasad  hidup ini terhadap konstruksi-konstruksi kayu dipantai. Tambunan dan Nandika  (1989) menyatakan didaerah perairan tropis seperti Indonesia dimana terdapat  banyak species binatang laut, kerugian yang ditimbulkannya belum dapat diantisipasi secara pasti. Binatang laut ini hidup dari kayu yang dicernanya dengan bantuan enzim  selulosa dan dari plankton yang banyak terdapat dalam air laut (Hunt dan Garrat,  1986). Nihcolas (1987) menyatakan setelah mengalami perkembangan yang singkat, mereka dapat meletakkan diri pada kayu dan mulai menggerek. Sekali  binatang ini menggerek kayu dan masuk kedalamnya maka kayu tidak pernah  ditinggalkannya. Kecepatan dan besarnya kerusakan oleh binatang ini sangat tergantung  pada jumlah dan jenis species penggerek, intensitas penggerekan, banyaknya  bahan makanan yang tersedia, kondisi suhu, kadar air garam dan faktor-faktor  lain yang mendukung. Cacing-cacing penggerek biasanya masuk dalam kayu dengan arah tegak lurus arab serat, kemudian membentuk saluran dalam arab  longitudinal, selanjutnya dengan arah tidak beraturan. Akibat dari pelubangan  kayu berupa sarang, maka kekuatan struktural kayu menjadi sangat berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar