Selasa, 07 April 2009

TUGAS MATA KULIAH KETEKNIKAN HUTAN Medan, 24 Maret 2009

KETEKNIKAN HUTAN (FOREST ENGINEERING)
Dosen Pembimbing:
Suranto, ST, MT

Oleh:
Julius Zakson Sigiro
071203029
Teknologi Hasil Hutan




DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SISTEM PENYARADAN KAYU DI BERBAGAI KAWASAN HUTAN INDONESIA
I. PENDAHULUAN
Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang itimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyardan seharusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini dilakukan satu tahun sebelum kegiatan penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai di lapangan sebagai acuan bagi pengemudi atau penyarad kayu. Hal ini terutama berlaku untuk penyaradan yang menggunakan traktor.
Keterlibatan alat-alat berat dalam kegiatan pengelolaan hutan sangat penting. Perananan alat berat terutama dalam kegiatan penyaradan kayu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mewujudkan kelancaran produksi kayu. Areal kerja yang berat dan sulit serta aksesibilitas yang sangat rndah dan keterbatasan tenaga manusia mendorong kegiatan di bidang pengelolaan hutan menggunakan alat-alat berat.
Sistem dan metode serta teknik yang dikembangkan di dalam suatu areal hutan tergantung kepada keadan areal hutan, seperti keadaan topografi, keadaan tanah, iklim dan ketersediaan tenaga kerja serta tentu saja luas dan volume perkerjaaan. Hal ini akan menyebabkan peralatan yang cocok digunakan disesuaikan dengan sistem pemanenan kayu yang akan dilaksanakan.
Saat ini model dan spesifikasi alat berat yang cocok diterapkan di sektor kehutanan terus berkkembang dengan terus malakukan inovasi, improvement teknologi, remodifikasi dan aspek-aspek lain yang diperlukan, serta tuntutan dunia kerja di bidang kehutanan yang kian menantang. Salah satu aspek yang sangat diperhatikan saat ini adalah dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas alat-alat berat. Sehingga diharapkan alat berat dalam aplikasinya di lapangan akan mampu bekerja secara optimal baik secara teknis, ekonomis dan aspek kerusakan lingkungan yang minimal.
II. PENYARADAN KAYU DI HUTAN ALAM INDONESIA
Alat penyaradan yang akan dipakai dalam kegiatan penyaradan kayu harus dipilih sesuai dengan keadaan lapangan dan ukuran kayu yang disarad. Sistem pemanenan kayu dalam pelaksanaan TPTI di hutan alam yang selama ini dipakai oleh para pemegang HPH adalah long wood system, dengan peralatan yang digunakan dalam kegiatan penyaradan adlah traktor crawler 110-130 PK, yang dilengkapi dengan pisau dozer dan winch.
Traktor crawler merupakan saalah satu alat penyaradan yang berfugsi untuk menyarad Penyaradan adalah fungsi suatu proses kegiatan memindahkan kayu (log) dari tempat tebangan (stump) atau petak tebang (block harvesting) ke tempat pengumpulan kayu (Tpn) atau pinggir jalan angkutan. Kisaran berat dan tenaga crawler adalah dari 2 ton sampai 3 ton, dengan tenaga 20 sampai di atas 230 PK. Bermacam perlengkapan dikembangkan untuk mengurangi gesekan antara log dan tanah serta mencegah log menyusup ke dalam tanah saat penyaradan atu terkait pada tungakdan smpah. Perlengkapan seperti skidding pan, arch, sulky dan lain-lain sebenarnya sangat berrmanfaat memperlancar kerja dan memungknkan penyerrahan log dalam keadaan lebih bersih. Crawler kelas medium berkekuatan 50-160 PK dengan bobot 5-12 ton dengan attachment seperti di atas, ditambah kemudahan dalam pengendalian dengan power-steering, menjadikan alat ini sangat popular di antar para operator karen meleelahkan. Dilengkapai dengan arch integral, crawler ini menjadi alat yang saangat efektif.
Wheel skidder kecil dengan dua roda penggerak yang tergolong tipe pertanian atau industrial, tidak memadai untuk logging. Tetapi masih dalam kelas kecil, yaitu 2.7-4.5 ton, wheel skidder bertenaga smpai 50 PK, mendapat tempat yang baik dalam lingkungan logging. Mulai kelas ini ke atas biasnya wheel skidder emiliki rangka artikulet yang kompak, dengan 4 roda penggeak. Radius belokan yang kecil memungkinkan mesin ini mampu mengjindari tunggak, pohon inti dn hambatan lain, serta mampu menanggulangi lereng curam dengan mudah. Pisau dozerr di depan dan fairlead di belakang, meningkatkan kemampuan mesin ini dalam operasinya. Sifat oksilasi sumbu depan, meningkatkan daya traktor dan stabilitasnya.
Perkembangan yang relatif baru adalah pemasangan skidding grapple pada wheel skidder ukuran medium. Mesin ini sesuai untuk kombinasi 2 tipe penyaradan batang treelength satu demi satu tanpa pemasangan chocker, dibawa ke bunching-landing. Setelah cukup baru sebuah skidder berukuran besar menarik tumpukan ini melalui jalan yang sudah dibuka buldozer ke Tpn. Tahap ini disebut ‘roading”. Perkembangan yang tepat antara jumlah unit-unit bunching dan unit roading memungkinkan produksi maksimum. Walaupun kecenderungan perkembangan traktor bergerak ke arah wheel skidder, crawler tractor tetap memiliki banyak keuntungan. Yang penting, bahwa ia adalah mesin yang serba guna. Berguna untuk logging, untuk knstruksi jalan, alat untuk menarik berbagai muatan, dapat dipasangi berbagai atacchment dan merupakan alat mobil sebagai penggerak generator, kompressor dan lain-lain. Crawler memiliki “flotation” dan traksi yang baik di atas berbagai permukaan. Dapat berputar pada satu titik. Dapat bergerak ke mana saja pada cuaca apa saja. Kekurangannya adalah kecepatannya rendah, dan baja merusak perakaran pohon dan mengaduk tanah di musim hujan. Ini mengakibatkan perlumpuran sungai, bila beroperasi pada lereng.

III. PENYARADAN KAYU DI HUTAN GAMBUT INDONESIA
Penyaradan merupakan tahap pertama dari pengangkutan kayu, yang dimulai pada saat kayu diikatkan pada rantai penyarad di tempat tebangan kemudian disarad ke tempat tujuan (TPn/landing, tepi sungai, tepi jalan rel atau jalan rel) dan berakhir setelah kayu dilepaskan dari rantai penyarad.
Pembuatan jalan sarad dilakukan dalam dua tahap. Tahap pembuatan jalan sarad ini meluiputi pembuatan jalan sarad utama (jalan raya), yang dilakukan sebelum penebangan dan jalan sarad cabang yang dibuat setelah penebangan selesai. Jalan sarad dubuat untuk menghubungkan TPn (betou) dengan kayu yang akan disarad. Jalan sarad ini terbuat dari lapisan kayu yang berdiameter 6-12 cm. Kayu-kayu ini disusun menjadi 2-3 lapisan yang diambil dari pohon tingkat pancang dan tiang di petak kerja.
Pembuatan jalan sarad dimulai dengan perintisan dan pembersihan areal dengan menggunakan kampak dan parang. Kemudian dilakukan pemasangan bujuran dan jari-jari yang melintang bujuran dan dilanjutkan dengan perataan terhadap akar-akar lutut serta pengupasan kulit bagian atas jari-jari. Pengupasan kulit ini agar landasan yang bergesekan dengan alat sarad rendah dan agar setelah diberi saabun akan bertambah licin.
Pembuatan jalan sarad ini dilakukan bersama-sama oleh regu penyarad. Waktu kerja pembutaan jalan sarad untuk satu petak tebang ini rata-rata 4 hari untuk jalan sarad utama dan 3 hari untuk pemnbutan jalan sarad cabang. Lamanya pembutaan jalan sarad ini dipengaruhi oleh keadaan lapangan, apabila banyak akar lutut, akan membutuhkan waktu lebih lama.
Regu penyarad melakukan pengulitan dan penentuan ukuran panjang log sebagi dasar pelaksanaan pembagian batang. Kegiatan pengulitan ini dilakukan di petak tebang. Semua kayu dikuliti sampai bersih kecuali jenis ramin. Kayu ramin dikuliti setelah betou dan langsung diberi obat ramin (racun anti serangan kumbang Ambossia). Adapun pemotongan kayu dilakukan oleh regu penebang. Pengulitan di petak tebang ini memiliki kelebihan, yakni mengurangi volme kayu yang disarad dan limbah kulit
Penyaradan mempunyai empat elemen kerja yakni berjalan kososng menuju kayu yang akan disarad, memuat kayu ke atas kuda-kuda dan menyarad kayu ke betou dan membongkar muatan ke atas betou. Elemen kerja penyaradan adalah sebagai berikut :
1.Berjalan kosong menuju kayu yang akan disarad , yakni regu sarad berjalan menuju kayu yang akan disarad sambil menarik alat kuda-kuda. Penarikan alat sarad menuju kayu yang akan disrad ini dilakukan oleh 2 orang.
2.Memuat, yakni kegiatan menaikkan kayu ke ats kuda-kuda sampai kayu siap disarad. Kegiatannya meliputi memasang penyangga pada alat sarad agar stabil, memasang landasan (ender-ender) sebagai tempat menggulingkan kayu ke kuda-kuda, mengungkit dan mendorong kayu ke atas alat kuda-kuda dengan menggunakan locak dan mengatur posisi kayu di ats alat sarad agar seimbang.
3.Menyarad, meliputi memasang tali penarik dan menyarad.
4.Membongkar dan mengatur kayu di betou dengan menggunakan locak.

IV. PENYARADAN KAYU DI HUTAN RAKYAT INDONESIA
Peralatan utama yang diperlukan dalam sistem kabel adalah: 1) Unit mesin penggerak; unit mesin ini berfungsi sebagai sumber tenaga seluruh sistem kabel, 2) Kabel baja dan pengikatnya termasuk penjepit dan macammacam perlengkapan untuk saling dihubungkan, 3) Kabel dan kereta yang berfungsi untuk mengarahkan perpindahan kayu dan diletakan berhubungan dengan kabel-kabel. Metode kabel layang (skyline) merupakan metode mekanis yang makin berkembang dan menjadi paling lengkap dari pengeluaran kayu sistem kabel. Metode ini terdapat modifikasi berdasarkan cara pemasangan kabel layang, kereta dan penggunaan kabel pelengkapnya. Penggunaan metode kabel layang berubah berdasarkan kebutuhan medan yang dihadapi dan perubahan modifikasinya tergantung pada cara pemakaiannya bukan pada peralatan yang dipergunakannya. Penggunaan sistem kabel layang dipengaruhi oleh beberapa faktor. menjelaskan bahwa secara ekonomis penggunaan sistem kabel layang harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1) konversi dari nilai kayu yang dikeluarkan; 2) total volume setiap hektar yang akan dikeluarkan pada sebuah lokasi penebangan; 3) areal unit penebangan yang belum dikeluarkan hasilnya; 4) jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun; 5) ukuran dari kayu yang akan dikeluarkan; 6) jarak pengeluaran kayu.
Prosedur Pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang biasanya terdiri dari persiapan pengeluaran kayu, pemasangan alat dan pengoperasiannya. Persiapan pengeluaran kayu meliputi kegiatan orientasi lapangan dan penebangan pohon di jalur kabel. Kegiatan pemasangan alat terdiri dari penempatan yarder dan pemasangan kait, pemasangan kabel penguat (guyline) dan katrol pada tiang utama, pemasangan kabel penguat dan katrol pada tiang pembantu, pemasangan kabel layang dan kabel tanpa ujung.
Pengoperasian alat sistem kabel layang dapat dijelaskan seperti berikut ini. Setelah kabel layang dan kereta berikut kabel utama dipasang dan mesin telah dipanaskan maka pekerjaan pengeluaran kayu dapat dimulai. Pengoperasian sistem kabel layang ini dilayani oleh enam orang, yaitu satu orang operator mesin, dua orang melepas kait di tempat pengumpulan, satu orang memberi tanda di tempat kayu dikeluarkan, satu orang mengait kayu, dan dua orang menyiapkan kayu. Unsur kerja pertama pada pengoperasian alat adalah meluncurkan kereta dari panggung atas (lokasi di mana yarder berada) ke panggung bawah (lokasi di mana kayu yang akan dikeluarkan berada). Setelah kereta sampai di sekitar kayu yang akan dikeluarkan, pemasang kait memberi tanda untuk menghentikan kereta dan mengendorkan kabel pengangkat. Selanjutnya setelah kabel pengangkat ada di bawah maka kayu yang sudah disiapkan dikaitkan ke katrol yang ada pada kabel pengangkat, kemudian kabel pengangkat ditarik dan muatan akan terangkat ke atas di bawah kereta. Kereta ditarik dengan kabel tanpa ujung maka muatan akan bergerak ke unit yarder. Apabila kayu telah sampai di panggung atas, kabel tanpa ujung direm dan kabel pengangkat dikendorkan maka muatan akan turun. Setelah muatan turun di tempat pengumpulan sementara, kait pada muatan dilepas dan dengan demikian satu siklus pengeluaran kayu selesai. Selanjutnya kereta diluncurkan menuju ke lokasi kayu yang akan dikeluarkan untuk melaksanakan siklus selanjutnya sesuai dengan urutan di atas.
Setelah kegiatan pengoperasian alat selesai maka dilakukan pembongkaran alat. Pembongkaran alat dilakukan seperti uraian berikut ini. Pembongkaran alat dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu pembongkaran pada unit yarder dan pembongkaran pada tiang pembantu. Kegiatan pertama pada pembongkaran alat adalah mengendorkan (menurunkan tegangan dengan cara mengulur ) kabel layang. setelah itu, kereta, kabel layang dan kabel tanpa ujung dilepas. Pekerjaan selanjutnya adalah menggulung kabel pengangkat dengan mesin dan menggulung kabel tanpa ujung secara manual. Pembongkaran pada tiang utama dan tiang pembantu adalah pembongkaran katrolkatrol beserta perlengkapan pengikatnya. Perlengkapan yang telah dilepas dikumpulkan di tempat unit yarder dan selanjutnya siap untuk diangkut ke tempat lain. Pada topografi hutan rakyat yang bergelombang dengan kelerengan sampai dengan 25%, pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang cukup efektif.
Dalam pengelolaan hutan rakyat sampai sekarang ini, andalannya masih tenaga manusia (manual) sehingga efektivitasnya rendah dan sulit melakukan pengelolaan skala besar. Pengelolaan hutan rakyat belum tersentuh perkembangan teknologi di bidang keteknikan hutan (forest engineering) padahal bidang tersebut telah berkembang pesat di negara-negara maju sedikitnya selama tiga dekade terakhir. Upaya untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan efisensi pemanfaatan hasil hutan rakyat sangat membutuhkan penggunaan alat-alat yang sesuai dengan kondisi obyektif hutan rakyat tersebut. Dalam tulisan ini dikemukakan gambaran umum keadaan hutan rakyat dilihat dari sudut keteknikan hutan, perkembangan keteknikan hutan yang gayut dengan pengelolaan hutan rakyat dan pemikiran langkah-langkah yang perlu dilakukan di bidang keteknikan hutan untuk mendukung pengelolaan hutan rakyat yang lebih maju.
Praktek pengelolaan hutan rakyat dapat berjalan efektif dan efisien. Berbagai langkah strategis perlu diambil, antara lain:
1)Mendorong pengembangan sumberdaya manusia di bidang keteknikan hutan agar mampu merekayasa alat-alat kehutanan, termasuk alat-alat untuk hutan rakyat.
2)Membangun laboratorium-laboratorium penelitian dan perekayasaan peralatan kehutanan yang dilengkapi dengan peralatan kerja yang memadai sesuai perkembangan teknologi yang ada.
3)Mendorong kegiatan penelitian dan perekayasaan alat-alat kehutanan, baik yang dilakukan oleh instansi kelitbangan pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta.
4) Menyediakan dana yang memadai untuk kegiatan penelitian dan perekayasaan alat-alat kehutanan.
5)Mendorong pengembangan industri kecil dan menengah untuk memproduksi peralatan kehutanan.
6)Mendidik pengelola hutan rakyat agar mampu mengelola hutan dengan baik dengan dukungan teknologi tepat guna.
7)Membuat peraturan perundangan yang membatasi penggunaan alat-alat impor dan mendorong penggunaan alat-alat produksi dalam negeri demi menggalakkan industri peralatan kecil/menengah lokal, memudahkan pengadaan peralatan dan meningkatkan kegiatan penelitian dan perekayasaan peralatan dengan tujuan antara meningkatkan lapangan kerja yang semuanya berujung pada pencapaian pengelolaan hutan rakyat yang maju.
V. PENUTUP

Sistem pemanenan kayu dalam pelaksanaan di hutan alam yang selama ini dipakai adalah long wood system, dengan peralatan yang digunakan dalam kegiatan penyaradan adalah traktor crawler 110-130 PK, yang dilengkapi dengan pisau dozer dan winch. Crawler memiliki “flotation” dan traksi yang baik di atas berbagai permukaan. Dapat berputar pada satu titik. Dapat bergerak ke mana saja pada cuaca apa saja. Kekurangannya adalah kecepatannya rendah, dan baja merusak perakaran pohon dan mengaduk tanah di musim hujan. Ini mengakibatkan perlumpuran sungai, bila beroperasi pada lereng.
Sistem penyaradan kayu di hutan rawa gambut dilakukan secara manual dengan menggunakan alat kuda-kuda. Elemen kerja penyaradan kayu di hutan rawa gambut meliputi : (1) berjalan kosong menuju log; (2) memuat kayu ke atas alat sarad; (3) menyarad kayu ke betou (TPn) dan (4) membongkar kayu di betou. Secara ekonomis alat ini layak digunakan untuk pengeluaran kayu berdiameter kecil. Aplikasi alat pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang di hutan rakyat perlu disosialisaikan.
Perkembangan keteknikan untuk hutan rakyat di Indonesia sangat tertinggal karena perhatian dari para pihak terkait sangat kurang padahal peranan keteknikan hutan dalam pengelolaan hutan rakyat sangat penting. Keteknikan hutan rakyat sangat memerlukan penelitian dan pengembangan serta perekayasaan sesuai dengan keadaan obyektif hutan itu sendiri.



















DAFTAR PUSTAKA

Tinambunan, D. 2006. Perkembangan Bidang Keteknikan Hutan yang Gayut. Prosiding Seminar Hasil Litbag Hasil Hutan. www.dephut.go.id/files/ket
eknikan.pdf.
Muhdi. . Penyaradan Kayu dengan Sistem Kuda-Kuda di Hutan Rawa Gambut. (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop Sumatera Selatan). www.library.usu.ac.id/download/fp.hutan-muhdi3.pdf.
Muhdi____ . Penyaradan Kayu dengan Sistem Traktor Di Hutan Alam Indonesia www.library.usu.ac.id/download/fp.hutan-muhdi14.pdf.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar